Konsumsi Listrik Sektor Industri dan Usaha Menjadi Barometer Pertumbuhan

Konsumsi listrik nasional secara historis tumbuh rata-rata 6% per tahun. Jika angka konsumsi terus ditingkatkan, target pertumbuhan ekonomi di atas 5% akan dapat diwujudkan.

Konsumsi Listrik Sektor Industri dan Usaha Menjadi Barometer Pertumbuhan

Tren konsumsi listrik nasional terus meningkat rata-rata 6% per tahun. Peningkatan ini menjadi barometer pemulihan ekonomi, terutama di sektor industri dan usaha yang mendorong pertumbuhan ekonomi.

Data dari Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir total konsumsi daya listrik secara konsisten meningkat, dari 243,58 TWh pada tahun 2020 menjadi 306,22 TWh pada tahun 2024. Peningkatan ini sejalan dengan bertambahnya jumlah pelanggan yang mencapai 92,88 juta pada 2024, naik dari sekitar 79 juta pelanggan pada 2020. 

Laporan PT PLN (6/9/2025) mencatat sepanjang semester I-2025, berhasil membukukan penjualan sebesar 155,62 TWh atau tumbuh hingga 4,36% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Hingga akhir tahun, konsumsi diperkirakan terus tumbuh dengan tingkat pertumbuhan konsumsi daya rata-rata berkisar di angka 5%-6% per tahun. Pertumbuhan ini mengindikasikan semakin tingginya tingkat elektrifikasi dan geliat aktivitas ekonomi di seluruh negeri.

Jika dilihat per sektor, konsumsi listrik di sektor industri dan usaha yang merupakan sektor produktif yang menggerakkan produksi barang dan jasa tumbuh lebih tinggi, yakni rata-rata 7% per tahun, dibandingkan dengan konsumsi di sektor rumah tangga yang rata-rata 4% per tahun.

Pertumbuhan konsumsi sektor industri dan usaha mencapai angka tertinggi pada tahun 2022 (10,9%). Hal ini menunjukkan sektor produktif ini cepat pulih pascapandemi Covid-19. Hingga 2024, jumlah pelanggan di sektor industri dan usaha ini mencapai 5,4 juta pelanggan, di mana porsi pelanggan kelompok usaha atau komersial lebih dominan (95%).

Konsumsi listrik sektor industri dan usaha pada tahun 2024 tercatat 150,97 TWh. Sementara konsumsi sektor rumah tangga pada tahun yang sama sebanyak 130,43 TWh.

Tren positif penggunaan energi listrik untuk menggerakkan roda produksi ini berlanjut hingga tahun ini. Data menunjukkan bahwa sepanjang semester I-2025, konsumsi listrik nasional mencapai 155,62 TWh, tumbuh sebesar 4,36% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sektor rumah tangga menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan konsumsi listrik paruh pertama tahun ini, dengan konsumsi mencapai 67,14 TWh atau tumbuh 5,13% secara tahunan. Adapun konsumsi listrik di sektor industri tumbuh 2,66% secara tahunan. Pertumbuhan ini didorong oleh permintaan dari pelanggan industri menengah, khususnya di sektor-sektor seperti makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, serta industri karet dan plastik.

Untuk menjaga momentum pertumbuhan di sektor produktif, peran pemerintah dalam menyediakan insentif stimulus ekonomi terkait listrik bagi dunia usaha dan industri menjadi krusial. Insentif ini salah satunya diwujudkan melalui kebijakan menjaga tarif listrik tetap terjangkau. Pendekatan ini untuk memastikan bahwa biaya operasional dan produksi di sektor industri dan usaha tetap kompetitif di tengah tekanan inflasi dan ketidakpastian ekonomi global. 

Selain itu, pemerintah perlu menjamin pasokan energi yang andal, kompetitif, dan berkelanjutan untuk mendorong investasi, ekspansi usaha, dan mengoptimalkan produksi barang. Hal ini pada akhirnya akan mengakselerasi laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.