KEK Jadi Andalan untuk Percepatan Ekonomi

Kinerja Kawasan Ekonomi Khusus pada semester I 2025 menunjukkan capaian positif dilihat dari capaian angka ICOR yang lebih baik dibandingkan nasional. Hal ini dapat mendorong semangat pertumbuhan KEK baru dan daya tarik bagi investor untuk mengakselerasi target ekonomi dengan lebih cepat.

KEK Jadi Andalan untuk Percepatan Ekonomi

Kawasan ekonomi khusus (KEK) menjadi salah satu instrumen utama untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Konsepnya bukan sekadar membangun kawasan industri, melainkan menciptakan ekosistem investasi yang efisien dan menjadi magnet bagi investor asing maupun domestik.

Laporan kinerja 2024 menunjukkan bahwa strategi ini mulai membuahkan hasil. Capaian investasi di KEK di seluruh Indonesia melonjak signifikan: dari Rp 13,2 triliun pada 2020 menjadi Rp 90,1 triliun pada 2024.

Total kini ada 25 KEK, yang meliputi sektor manufaktur, teknologi, hingga pariwisata. Peningkatan ini membuktikan bahwa KEK telah berhasil menciptakan iklim bisnis yang lebih kompetitif dan menarik modal, yang merupakan fondasi penting bagi akselerasi ekonomi.

Selain menarik investasi, KEK juga berperan vital dalam penciptaan lapangan kerja, yang merupakan indikator kunci dari pertumbuhan ekonomi inklusif. Setiap rupiah investasi yang masuk ke KEK berpotensi membuka peluang kerja baru.

Berdasarkan data di laman Indonesia Special Economic Zones (SEZ), serapan tenaga kerja di KEK menunjukkan tren positif yang signifikan. Dari 11.538 orang pada 2020, jumlahnya melonjak drastis hingga mencapai 47.747 orang pada 2024. Hingga pertengahan tahun ini, KEK sudah menyerap 28.000 pekerja atau 56,4% dari target. Akan tetapi, target kemudian dinaikkan menjadi 187.376 pekerja tahun ini. 

Pencapaian ini tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi makro, tapi juga memberikan dampak langsung pada kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan lapangan kerja dan pendapatan. Artinya, pengembangan KEK merupakan langkah strategis yang tidak hanya fokus pada akumulasi modal, melainkan juga pada distribusi manfaat ekonomi secara lebih luas.

Pemerintah pun melakukan diversifikasi atau spesialisasi KEK untuk memaksimalkan potensi setiap wilayah. Setiap KEK dirancang sesuai dengan keunggulan sektoral tertentu. Sebagai contoh, KEK Gresik dan KEK Kendal menjadi andalan untuk sektor industri manufaktur, sementara KEK lain seperti Nongsa dikembangkan untuk sektor ekonomi digital dan industri kreatif.

Dikutip dari laman Indonesia SEZ, tahun ini terdapat 6 KEK yang  menunggu penetapan oleh pemerintah. Salah satunya adalah KEK Industri Halal di Sidoarjo, Jawa Timur.

Strategi ini memastikan bahwa investasi yang masuk relevan dengan potensi lokal, sehingga dapat menciptakan rantai pasok yang efisien dan bernilai tambah tinggi. Dengan spesialisasi KEK yang jelas, Indonesia bisa menawarkan portofolio investasi yang beragam dan terarah, menarik minat investor dari berbagai sektor industri global.

Meskipun capaian kinerja positif ini dapat diwujudkan, pengembangan KEK masih menghadapi berbagai tantangan. Perlu upaya berkelanjutan untuk memastikan semua KEK dapat beroperasi secara optimal.

Hal itu tidak hanya berlaku bagi KEK dengan investasi terbesar seperti KEK Gresik (Rp 92,8 T) dan KEK Kendal (Rp 86,57 T). Salah satu tantangan utama adalah memastikan ketersediaan infrastruktur pendukung yang memadai di semua lokasi KEK. Seperti, akses jalan, pasokan energi yang stabil, fasilitas logistik yang efisien, dan sebagainya. 

Peran pemerintah jelas dibutuhkan untuk terus menyederhanakan regulasi dan memberikan kepastian hukum agar kepercayaan investor semakin meningkat. Dengan mengatasi tantangan ini, Indonesia dapat memaksimalkan potensi KEK sebagai mesin pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan berkelanjutan di seluruh wilayah.

Strategi KEK merupakan langkah progresif Indonesia dalam menghadapi kompetisi global untuk menarik investasi. Keberhasilan KEK dalam mengakselerasi investasi dan penciptaan lapangan kerja menjadi bukti efektivitas model ini. Pasalnya, Incremental Capital Output Ratio atau ICOR di KEK berhasil menekan angka 2–3, jauh dari rata-data nasional yang mencapai 6.

Dengan begitu, dorongan penambahan KEK baru dan penyempurnaan manajemen KEK yang sudah ada akan menjadi kunci untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%.