Jakarta Kota Global ke-71 Berdasarkan Global Cities Index 2025

Tahun ini, Jakarta memperbaiki posisinya sebagai kota global dengan naik tiga peringkat menjadi urutan ke-71. Aktivitas bisnis dan ekonomi yang meningkat menjadi salah satu barometer penilaian. Masih terbuka ruang lebar bagi Jakarta untuk menuju kota global yang mapan.  

Jakarta Kota Global ke-71 Berdasarkan Global Cities Index 2025

Setelah dipimpin oleh gubernur baru di tahun ini, Jakarta di usianya yang ke-498 ingin memantapkan diri sebagai “Kota Global dan Berbudaya”. Optimisme menyandang predikat kota global seiring dengan perjalanan sejarah yang cukup panjang serta semangat untuk melakukan inovasi dan kolaborasi antara pemerintah dan warga kota dalam menghadapi berbagai perubahan.

Kota global adalah kota yang selalu menjadi daya tarik ekonomi dunia. Kota global memiliki tingkat konektivitas dan pengaruh yang tinggi secara global.

Hasil pengukuran Indeks Kota Global (Global Cities Index/GCI) 2025 yang dilakukan oleh Kearney Foresight mengungkap lanskap kota yang berkelanjutan sekaligus bertransformasi. New York, London, Paris, Tokyo, dan Singapura mempertahankan lima posisi teratas mereka seperti GCI tahun lalu. Lima kota ini menggarisbawahi ketahanan kota-kota global yang telah mapan. Jakarta berada di peringkat ke-71, naik 3 peringkat dibandingkan tahun lalu.

Indeks Kota Global 2025 mengevaluasi konektivitas dan karakter global 158 kota terkemuka di dunia berdasarkan lima dimensi, yaitu aktivitas bisnis, sumber daya manusia, pertukaran informasi, pengalaman budaya, dan keterlibatan politik. Terdapat 31 indikator yang menangkap dinamika dan jangkauan pusat-pusat perkotaan. Sekaligus mengukur kemampuan sebuah kota dalam menarik, mempertahankan, dan menghasilkan pergerakan manusia, modal, dan gagasan global.

Di antara negara-negara ASEAN, posisi Jakarta masih jauh di bawah Singapura (peringkat 5), Bangkok (33), dan Kuala Lumpur (55). Singapura merupakan contoh kota di Asia yang melakukan lompatan besar terutama dalam dimensi sumber daya manusia. Selain membangun infrastruktur, laporan Kearney menyebutkan Singapura terus memposisikan diri sebagai pusat pendidikan internasional terkemuka dengan memajukan sistem pembelajaran seumur hidup dan kemitraan talenta global.

Singapura juga aktif mengembangkan konsep kota pintar dan menularkannya ke negara-negara Asia Tenggara lainnya. Inovasi-inovasi juga tak henti dilakukan Singapura seperti dalam hal pembiayaan layanan kesehatan dan renovasi perumahan. Singapura menunjukkan komitmen kuat terhadap pertumbuhan inklusif dan kohesi antargenerasi.

Selain itu, pendekatan proaktif Singapura dalam meningkatkan infrastruktur digital memposisikannya sebagai model pembangunan perkotaan yang siap menghadapi masa depan di era perubahan global yang pesat.

Selain menilai kinerja sebuah kota pada saat ini melalui Indeks Kota Global, laporan Kearney juga memproyeksikan potensi kinerja kota di masa mendatang lewat Global Cities Outlook (GCO). Berdasarkan hasil GCO, kota-kota yang menjadi pemenang di era Akal Imitasi (Artificial Intelligence/AI) adalah kota-kota yang dapat mempertajam keunggulan kompetitif mereka dengan mengintegrasikan AI sebagai akselerator di semua bidang, baik di jasa keuangan, logistik, budaya, maupun teknologi.

Keberhasilan sangat tergantung pada bagaimana pemimpin kota menyelaraskan infrastruktur, lingkungan, dan sumber daya manusia. Termasuk juga bagaimana sumber daya manusia kota dapat memanfaatkan potensi AI sekaligus mengurangi dampak negatifnya.

Author