Harga emas terus meroket naik pada tahun ini. Pada awal tahun ini, harga emas Antam berada pada kisaran Rp1.524.000 per gram, tapi kini telah naik 47,63% menjadi Rp2.250.000 per gram. Bagaimana peluangnya bagi perusahaan tambang emas?
Melesatnya harus emas bahkan menjadi komoditas penyumbang inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan emas perhiasan menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi pada September 2025.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan harga emas mengalami kenaikan berturut-turut selama dua tahun terakhir hingga September 2025. Kenaikan itu memberikan andil sekitar 0,08% terhadap inflasi nasional pada September 2025.
Amalia menjelaskan, inflasi emas perhiasan pada September 2025 mencapai 1,24% secara bulanan. Angka itu merupakan inflasi tertinggi dalam lima bulan terakhir. Berdasarkan catatan BPS, kenaikan harga emas terjadi selama 25 bulan berturut-turut sejak September 2023.
Harga emas di pasar domestik juga menunjukkan tren kenaikan. Emas batangan Antam pada 6 Oktober 2025 tercatat Rp2.250.000 per gram, naik Rp11.000 dibandingkan hari sebelumnya. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, harga emas tersebut lebih tinggi dari posisi Rp1.482.000 per gram.
BPS juga menjelaskan rincian inflasi berdasarkan komponennya. Komponen inflasi inti mengalami kenaikan 0,18% dengan andil 0,11% terhadap total inflasi. Sementara komponen harga diatur pemerintah naik 0,09% dan harga bergejolak naik 0,30%. Dari sisi kelompok pengeluaran, inflasi tertinggi tercatat pada pendidikan, perhiasan emas, dan bahan makanan.
BPS menyampaikan, perkembangan harga emas di dalam negeri mengikuti pergerakan harga global dan permintaan masyarakat. Tren peningkatan yang terjadi selama 25 bulan berturut-turut menunjukkan perubahan pada pola harga emas dalam jangka menengah. Lembaga itu menyatakan akan terus memantau kontribusi emas terhadap inflasi pada periode berikutnya.
Kenaikan harga emas juga membuka peluang baru bagi industri tambang. PT Merdeka Gold Resources Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 23 September 2025. Pencatatan ini menandai langkah perdana emiten tambang emas itu di pasar modal setelah menggelar penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO). Emiten dengan kode saham EMAS ini memiliki harga penawaran sebesar Rp2.880 per saham.
Berdasarkan data BEI, total saham yang dicatat EMAS mencapai 16,18 miliar lembar, terdiri atas saham pendiri, saham treasuri, dan saham hasil penawaran umum sebanyak 1,62 miliar lembar. Dengan harga penawaran itu, dana yang berhasil dihimpun EMAS diperkirakan akan mencapai Rp4,6 triliun. Penawaran saham perdana berlangsung pada 17 sampai 19 September 2025, dengan pencatatan dilakukan pada 23 September 2025.
Merdeka Gold Resources merupakan anak usaha dari PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang bergerak di bidang pertambangan emas dan mineral pengikutnya. Perusahaan ini berperan sebagai induk dari beberapa entitas tambang yang terintegrasi dari sisi produksi hingga pengolahan. Berdasarkan data prospektus perusahaan, kapasitas pengolahan tambang emas Merdeka Gold Resources mencapai 19 juta ton per tahun.
Sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) melaporkan laporan keuangan semester pertama tahun ini pada 29 Agustus 2025. Dalam 6 bulan pertama tahun ini Antam mencatatkan penjualan bersih pada sebesar Rp59,02 triliun, tumbuh signifikan 155% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp23,19 triliun.
Segmen emas menjadi kontributor terbesar penjualan Antam, dengan capaian pertumbuhan penjualan yang signifikan di semester pertama ini sebesar 163% dengan nilai Rp49,54 triliun jika dibandingkan dengan penjualan emas semester pertama 2024 senilai Rp18,83 triliun.
Produk emas menjadi kontributor terbesar penjualan Antam dengan proporsi 84% terhadap total penjualan Antam pada 1H25. Pertumbuhan penjualan emas pada semester pertama 2025, didorong oleh kondisi geoekonomi dan geopolitik global serta strategi bisnis yang efektif.
Antam mencatat pertumbuhan yang signifikan dengan kembali mencetak rekor penjualan emas triwulanan tertinggi sepanjang sejarah pada triwulan kedua tahun 2025 (2Q25).
Sebagai respon terhadap tingginya permintaan emas di pasar domestik, Perusahaan secara konsisten mengoptimalkan strategi pemasaran yang berfokus pada kualitas produk, keamanan, dan kemudahan akses bagi pelanggan. Selain itu, Perusahaan juga memperkuat basis pelanggan untuk menjaga momentum pertumbuhan penjualan emas.
Peningkatan penjualan ritel emas ANTAM pada semester pertama, turut didorong oleh pemanfaatan aplikasi mobile ”ANTAM Logam Mulia”, yang menghadirkan kemudahan transaksi emas fisik secara aman dan praktis bagi pelanggan sejak peluncurannya pada Maret 2025.
Direktur Utama Antam Achmad Ardianto menyampaikan, hasil yang diraih pada paruh pertama 2025 mencerminkan keberhasilan seluruh insan Antam dalam mengimplementasikan strategi diversifikasi yang adaptif dan selaras dengan dinamika pasar global.
"Dengan mengedepankan inovasi, disiplin biaya, dan efisiensi operasional, ANTAM mampu menjaga fundamental bisnis tetap kuat serta memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, sekaligus memperkuat posisinya sebagai perusahaan pertambangan terdepan di Indonesia," ujarnya.
Momentum tepat
Terkait EMAS yang baru melantai di BEI, Pengamat Komoditas Emas Ibrahim Assuaibi menilai penentuan waktu penawaran umum pada saat harga emas tinggi sebagai langkah yang tepat.
Menurutnya, harga penawaran perdana relatif menarik bagi investor yang ingin masuk di fase awal. Kondisi seperti ini biasanya menarik minat investor asing maupun domestik. “Manajemen paham momentum kapan harus IPO sehingga minat beli bisa terdorong,” ucapnya.
Ibrahim menilai momentum itu selaras dengan kenaikan harga emas yang panjang yang didorong sejumlah faktor global seperti ketegangan geopolitik, dinamika politik di Amerika Serikat, serta ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.
Ia menambahkan, perubahan politik di Eropa dan Jepang ikut mempengaruhi sentimen pasar. “Perdagangan, geopolitik, dan spekulasi suku bunga menjadi kombinasi yang menguatkan harga emas,” kata Ibrahim.
Di sisi industri, Ibrahim menyebut sektor tambang tengah menggeliat di tengah kenaikan harga emas. Menurut dia, banyak perusahaan tambang melakukan perluasan usaha dengan membuka area baru untuk eksplorasi agar dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Ia mencontohkan perusahaan besar seperti Freeport mampu memproduksi sekitar 50 ton per tahun, sementara perusahaan swasta yang lebih kecil dapat menghasilkan 2 hingga 5 ton.
Untuk memaksimalkan peluang, Ibrahim menyarankan perusahaan tambang menjaga kenaikan produksi dan menggunakan instrumen lindung nilai sesuai kebutuhan. Ia menyebut dana hasil penghimpunan di pasar modal dapat diarahkan ke eksplorasi dan penambahan wilayah kerja.
Kendati begitu, Ibrahim mengingatkan adanya potensi koreksi jika ketegangan geopolitik mereda, perang dagang berkurang, dan kebijakan suku bunga global lebih stabil. “Koreksi bisa terjadi bila faktor-faktor penopang melemah, meski penurunan tajam tidak mudah terjadi,” kata Ibrahim.
Senada dengan Ibrahim, analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menilai kenaikan harga emas yang panjang merupakan hasil dari akumulasi faktor global yang saling memperkuat. Ia menyebut kepercayaan investor terhadap emas sudah terbentuk sejak pandemi COVID-19 dan semakin menguat akibat perang di Ukraina serta ketegangan di Timur Tengah. “Tahun ini faktor ketidakpastian makin lengkap, sehingga harga emas terdorong lebih tinggi,” ujarnya.
Peningkatan permintaan, menurut Lukman, datang tidak hanya dari investor tetapi juga dari bank sentral sejumlah negara seperti China, India, dan Rusia yang terus menambah cadangan emas mereka. Aksi pembelian itu, kata Lukman, turut menggerus kepercayaan terhadap dolar AS dan mendorong peralihan ke aset lindung nilai. Selain emas fisik, instrumen seperti emas digital dan produk investasi berbasis emas juga mulai menarik perhatian. Lukman menegaskan produksi emas dunia yang terbatas dibandingkan permintaan menjadi alasan utama mengapa harga emas tetap tinggi.
Menanggapi langkah EMAS yang baru melantai di BEI, Lukman menilai keputusan tersebut diambil pada waktu yang tepat. Ia menyebut momentum harga emas yang tinggi memberikan potensi keuntungan bagi perusahaan tambang maupun investor di sektor itu.
“Timing-nya cukup bagus karena perusahaan tambang sedang menikmati efek positif dari harga emas yang tinggi,” katanya. Namun, ia mengingatkan prospek setiap perusahaan tetap bergantung pada fundamental dan kinerja operasional masing-masing.