Genjot Belanja Negara, Dorong Laju Perekonomian

Kurasi peristiwa terpenting yang perlu diketahui semesta dunia usaha untuk mengawali hari.

Genjot Belanja Negara, Dorong Laju Perekonomian
ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/YU
Daftar Isi

Selamat pagi Chief… 

Berikut informasi penting terkait pengembangan semesta dunia usaha yang perlu mendapat perhatian hari ini berdasarkan kurasi Tim SUAR.

Untuk Kejar Pertumbuhan, Belanja Negara Harus Dipercepat dengan Langkah Tepat

  • Menyongsong kuartal terakhir tahun 2025, Kementerian Keuangan mengungkapan serapan belanja negara baru mencapai setengah dari outlook APBN. Padahal, masih ada target pertumbuhan yang harus dikejar dalam tiga bulan ke depan. Akselerasi belanja negara menjadi penting dilakukan, meski harus dilakukan dengan hati-hati dan tepat menyasar program prioritas.
  • Sampai 31 Agustus 2025, realisasi pendapatan negara baru mencapai Rp 1.638,7 triliun atau 57,2% dari outlook APBN 2025. Sementara itu, belanja negara terealisasi dalam periode yang sama baru mencapai Rp 1.960,3 triliun atau 55,6% outlook APBN 2025. Adapun jumlah defisit Rp 321,6 triliun atau 1,35% PDB.

Baca selanjutnya di sini.

Ikuti Penurunan BI Rate, LPS Rate pun Turun

  • Mengikuti langkah Bank Indonesia (BI) yang menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poins pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI September, Kamis pekan lalu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pun ikut menurunkan tingkat bunga penjaminan (LPS Rate). Pada Senin (22/9/2025), LPS memutuskan untuk memangkas tingkat bunga penjaminan (TBP) sebesar 25 basis poin (bps). Yakni, menjadi 3,50% untuk simpanan rupiah di bank umum, simpanan valuta asing (valas) di bank umum di level 2,00%, serta simpanan rupiah di bank perekonomian rakyat (BPR) di level 6,00%.
  • Penetapan TBP ini didasari oleh kinerja ekonomi domestik yang tergolong masih relatif terjaga. Namun, perlu diperkuat, terutama dari sisi konsumsi dan produksinya secara lebih berimbang.

Baca selanjutnya di sini.

Kiat Industri Halal Menjaring Potensi US$ 2 Triliun di Pasar Global

  • Indonesia tak hanya menjadi negara dengan penduduk Muslim terbesar, melainkan juga pusat makanan, fesyen, pariwisata dengan label halal. Tapi untuk menjadi pemimpin industri halal dunia dengan nilai perdagangan global lebih dari US$ 2 triliun memang masih menjadi tantangan.
  • Kontribusi sektor halal terhadap perekonomian Indonesia terus meningkat. Pada 2024, industri halal menyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 5,03% dengan nilai ekspor mencapai US$ 64 miliar.

Baca selanjutnya di sini.

Pelaku Usaha Geotermal Butuh Keberpihakan untuk Menjalankan Investasi

  • Indonesia diketahui memiliki potensi panas bumi terbesar di bumi, yakni 23,74 gigawatt (GW). Namun, seperti disampaikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), saat ini baru dioptimalkan 2,7 gigawatt. Perusahaan-perusahaan pun terus berekspansi untuk memenuhi potensi tersebut.
  • Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, Indonesia ditargetkan memiliki tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 GW. Dari jumlah tersebut, sebesar 5,2 GW berasal dari panas bumi. Adapun kebutuhan investasi untuk tambahan kapasitas pembangkit listrik 2025–2034 mencapai Rp2.967 triliun. Dari jumlah tersebut, investasi dari pembangkit listrik PLN sebesar Rp 567,6triliun.

Baca selanjutnya di sini.

Generasi Muda juga Sadar Menyiapkan Dana Pensiun

  • Laporan riset Financial Fitness atau Kesehatan Finansial OCBC 2025 mengindikasikan adanya penurunan kesehatan finansial masyarakat Indonesia. Meski demikian, riset yang menyasar kalangan usia 25 tahun–35 tahun ini melihat adanya kecenderungan investasi jangka panjang dan persiapan dana pensiun sebagai upaya stabilitas masa depan.
  • Riset yang dilakukan periode Juli–Agustus ini memang menunjukkan ada perlambatan dalam capaian kesehatan finansial masyarakat Indonesia secara umum. Skornya sedikit menurun: dari 41,25 menjadi 40,60. Penurunan ini dipicu oleh indikator-indikator krusial, seperti, menurunnya kemampuan berbelanja di luar kebutuhan sehari-hari, berkurangnya kebiasaan menabung rutin, dan melemahnya ketahanan dana darurat. 

Baca selanjutnya di sini.

Publikasi Laporan Perkembangan Uang Beredar Agustus 2025: Lewat agenda rutin ini, Bank Indonesia (BI) akan merilis data statistik yang menjabarkan posisi dan perkembangan uang beredar di Indonesia. Rilis data yang dijadwalkan pada Selasa, 23 September 2025, ini akan dipublikasikan secara daring dan gratis melalui situs web resmi Bank Indonesia.

BAREKSA BUSINESS FORUM 2025: Mengambil tema "Build Big. Scale Smart. Outlast the Chaos", acara ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan strategi praktis bagi para pelaku usaha agar dapat bertahan, berkembang, dan mengidentifikasi peluang di tengah perubahan ekonomi global yang cepat. Acara ini akan diadakan pada Selasa, 23 September 2025, pukul 10.00–16.00 WIB, bertempat di Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Forum ini akan diisi oleh para ahli dan praktisi terkemuka, seperti Kang Deni Ridwan, Rivan Kurniawan, Sucor Asset Management, Albertus Axel, Reksadana Syailendra, Holika Holika Indonesia, dan We Are Treasury. Untuk informasi terkait cara mengikuti acara dan rangkaian lainnya dapat langsung mengakses media sosial Instagram Bareksa. 

"Semua orang berpikir strategi akuisisi sangat berisiko karena tidak ada yang pernah berhasil melakukannya. Dengan kata lain, itu adalah sebuah langkah inovatif." (Larry Ellison-Pendiri Oracle)

Selamat beraktivitas Chief.

Tim SUAR