Jaga Kesehatan Finansial, Ubah Kebiasaan Buruk

Laporan Riset OCBC yang menyasar kaum muda usia 25 tahun-35 tahun menunjukkan bahwa kesehatan finansial kalangan muda Indonesia masih jauh dari sempurna. Banyak kebiasaan buruk yang dianggap mengganggu pengelolaan keuangan yang baik.

Jaga Kesehatan Finansial, Ubah Kebiasaan Buruk

Riset Financial Fitness Index OCBC 2025 mengindikasikan terjadi penurunan kesehatan finansial di kalangan kaum muda. Banyak kebiasaan buruk yang makin menggerogoti keuangan mereka.

Laporan Riset OCBC yang menyasar kaum muda usia 25 tahun–35 tahun ini menjadi sinyal untuk mengubah cara mengelola keuangan secara efisien dan berorientasi jangka panjang. Sebab, selain tantangan pada indikator-indikator utama, terdapat beberapa kebiasaan konsumtif yang perlu diubah untuk mencapai stabilitas finansial. 

Memang, banyak konsumsi masyarakat yang dipenuhi lewat dana utang atau pinjaman. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa pinjaman kredit konsumsi terus meningkat. Tahun 2025 ini saja, dari Januari hingga Juli, posisi pinjaman naik dari Rp 2.195 triliun hingga mencapai Rp 2.227 triliun.

​Riset OCBC menggarisbawahi beberapa kebiasaan buruk yang merusak kesehatan finansial. Kebiasaan itu, antara lain, sebanyak 14% responden mengaku pengeluaran mereka melebihi pemasukan. Ada pula sebanyak 56% responden yang sering membayar tagihan kartu kredit pada angka minimum. Ini salah satu praktik yang dapat menjerat konsumen dalam beban utang jangka panjang. 

Selain itu, 39% responden sering meminjam uang dari teman atau keluarga. Satu kebiasaaan yang juga buruk adalah banyak responden mengaku menghabiskan uang hanya untuk mengikuti gaya hidup teman (76%). Temuan ini semakin menggambarkan bahwa perilaku konsumtif berlebihan bisa mendorong peningkatan kredit konsumtif.

​Perubahan positif bisa mulai dilakukan dari kesadaran untuk memperbaiki. Riset OCBC juga mengidentifikasi kebiasaan baik yang harus mulai diterapkan untuk memperbaiki kondisi finansial. Antara lain, 17% responden merasa penting untuk memastikan urusan keuangan keluarga terjamin jika mereka meninggal dunia dan 12% menyadari pentingnya menggunakan uang sesuai anggaran. 

Walaupun persentasenya masih kecil, kesadaran untuk lebih disiplin dan bertanggung-jawab secara finansial mulai tumbuh. Ini menjadi landasan penting untuk bergerak maju. Kalangan generasi muda mulai memprioritaskan perencanaan daripada hanya bereaksi terhadap kebutuhan sesaat.

​Secara umum, masyarakat memang perlu didorong untuk tidak lagi sekadar membayar tagihan minimum atau mengikuti gaya hidup orang lain. Mereka harus mulai belajar mengelola pengeluaran, menyusun anggaran, serta berinvestasi sesuai dengan rencana jangka panjang.

Literasi dan edukasi finansial yang tepat akan menjadi kunci untuk mengubah perilaku buruk menjadi kebiasaan baik, sehingga masyarakat Indonesia dapat mencapai kesehatan finansial yang sesungguhnya.