Dunia Usaha Perlu Antisipasi Perlambatan di Triwulan Empat

Kegiatan usaha diperkirakan akan alami perlambatan di triwulan empat. Pelaku dunia usaha berharap banyaknya insentif dan belanja pemerintah di akhir tahun bisa menggenjot perekonomian lebih melaju.

Dunia Usaha Perlu Antisipasi Perlambatan di Triwulan Empat
Foto: TruckRun / Unsplash

Kegiatan usaha diperkirakan akan alami perlambatan di triwulan empat. Pelaku dunia usaha berharap banyaknya insentif dan belanja pemerintah di akhir tahun bisa menggenjot perekonomian lebih melaju.

Perkiraan ekonomi triwulan keempat melambat terungkap dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan-III yang dirilis Bank Indonesia (BI) Jumat, (17/10/2025). Dalam survei tersebut responden menyebutkan, kondisi perekonomian di triwulan keempat positif dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 10,53%. Angka ini menurun dibandingkan SBT triwulan ketiga yang sebesar 11,55% dan triwulan kedua yang sebesar 11,7%.

SBT adalah metode pengolahan data survei di mana jawaban responden dikalikan dengan bobot kreditnya untuk menghitung selisih antara persentase jawaban yang menunjukkan peningkatan dan penurunan. Secara sederhana artinya, jumlah responden yang menjawab positif dikurangi responden yang menjawab hal sebaliknya.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso mengatakan, responden memprakirakan kegiatan usaha pada triwulan keempat 2025 tetap tumbuh positif.

Kegiatan usaha pada mayoritas lapangan usaha diprakirakan tetap tumbuh, terutama pada sektor perdagangan besar dan eceran & reparasi mobil dan motor; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi.

“Hal ini sejalan dengan peningkatan aktivitas saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan libur akhir tahun,” ujar Denny.

Sementara itu pada triwulan ketiga, kapasitas produksi terpakai pada triwulan tiga tercatat sebesar 73,84%, meningkat tipis dibandingkan dengan triwulan II 2025 yang sebesar 73,58%. Adapun sektor usaha yang masih positif antara lain pertambangan dan penggalian; serta industri pengolahan.

Dari aspek perkembangan upah, pada semester II-2025 tercatat tetap tumbuh meski melambat dibandingkan semester I. Kondisi ini terindikasi dari Saldo Bersih (SB) semester II pada posisi 10,49% turun dari SB semester I yang sebesar 34,91%. Bahkan posisi ini lebih rendah ketimbang SB semester II-2024 pada posisi 12,96%.

Adapun lapangan usaha yang terindikasi alami perlambatan antara lain jasa perusahaan; informasi komunikasi; dan jasa lainnya.

Kendati demikian, aspek margin usaha pada semester II-2025 diperkirakan pada posisi SB 16,70% lebih tinggi dibandingkan semester I-2025 pada level 16,61%. Namun, posisi ini masih lebih rendah dari SB semester II-2024 pada level 17,92%.

Margin tertinggi dicatat dari lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum; diikuti pertanian, kehutanan, perikanan; real estate.

Sementara margin usaha terendah tercatat pada lapangan usaha pengadaan air; pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang; administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial; administrasi pemerintahan, pertahanan, jaminan sosial; serta konstruksi.

SKDU merupakan survei triwulanan yang dihitung dari kurang lebih 3.300 pelaku usaha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Adapun metode penghitungan dilakukan dengan metode SBT.

Masih dari riset BI, Prompt Manufacturing Index (PMI) pada triwulan ketiga pada level 51,66% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 50,89%. Indeks di atas 50% menandakan dalam posisi ekspansi dunia usaha, sementara indeks di bawah 50% menandakan posisi sebaliknya.

Sementara itu pada triwulan IV 2025, kinerja lapangan usaha industri oengolahan diprakirakan tetap terjaga dan berada pada fase ekspansi yang tecermin dari PMI-BI sebesar 51,36%.

Berdasarkan komponen pembentuknya, beberapa komponen diprakirakan berada pada fase ekspansi dengan indeks tertinggi pada komponen volume produksi, diikuti volume total pesanan, dan volume persediaan barang jadi.

Mayoritas sub lapangan usaha juga diprakirakan berada pada fase ekspansi, dengan indeks tertinggi pada Industri Mesin dan Perlengkapan, Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki, dan Industri Furnitur.

Paket Stimulus Ekonomi Baru Bisa Dorong Dunia Usaha

Ketua Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan kinerja dunia usaha sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Rencana pemerintah yang akan mengeluarkan paket stimulus ekonomi yang baru pada akhir tahun 2025 bisa mendorong keberlangsungan dunia usaha.

“Meskipun isi dari paket stimulus tersebut belum jelas, pelaku usaha tetap menunggu karena bisa mempengaruhi pergerakan selanjutnya,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (20/10/2025).

Agar dunia usaha tetap berjalan maka perlu dilakukan aktivitas ekspor, penguatan ekspor harus dibarengi dengan kolaborasi logistik, kehati-hatian dalam impor, dan keberpihakan nyata terhadap potensi maritim Indonesia. 

Menurut dia, strategi pemilihan komoditas ekspor perlu didasarkan pada kekuatan alami Indonesia serta kebutuhan pasar global.

Pengamat Ekonomi Indef Eko Listiyanto mengatakan selain kebijakan pemerintah, kualitas SDM juga mempengaruhi kinerja dunia usaha.Sumber daya manusia merupakan kunci dari inovasi.

Kompetensi, dan soliditas tim juga sangat penting untuk kelancaran operasional dan inovasi. 

“Kepemimpinan yang kuat, struktur organisasi yang efisien, dan proses yang terstruktur dapat meningkatkan kemampuan bisnis untuk merespons perubahan,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (20/10/2025).

Baca juga:

Mendorong Akselerasi Belanja Negara Menjelang Akhir Tahun
Dalam konferensi pers APBN Kita edisi September, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan, meski situasi global masih penuh ketidakpastian, ekonomi Indonesia tetap tangguh. Pertumbuhan manufaktur, inflasi yang terkendali, konsumsi rumah tangga, serta arus investasi yang terus meningkat, menjadi bukti bahwa pondasi ekonomi kita semakin kuat.

Rencana bisnis yang matang, termasuk ide yang unik dan analisis pasar yang tepat, merupakan pondasi keberhasilan. Strategi pemasaran yang efektif dan pemahaman tentang pasar sasaran menentukan jangkauan dan pertumbuhan bisnis. 

Dari sisi pemerintah untuk mendukung dunia usaha adalah dengan menyediakan pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi pelaku usaha untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuan mereka.Kemudian,pendampingan dan bimbingan teknis untuk membantu pelaku usaha mencapai kinerja yang lebih baik. 

Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan selain kebijakan pemerintah, kualitas SDM juga mempengaruhi kinerja dunia usaha.Sumber daya manusia merupakan kunci dari inovasi.

Kompetensi, dan soliditas tim juga sangat penting untuk kelancaran operasional dan inovasi. 

“Kepemimpinan yang kuat, struktur organisasi yang efisien, dan proses yang terstruktur dapat meningkatkan kemampuan bisnis untuk merespons perubahan,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (20/10).

Rencana bisnis yang matang, termasuk ide yang unik dan analisis pasar yang tepat, merupakan pondasi keberhasilan. Strategi pemasaran yang efektif dan pemahaman tentang pasar sasaran menentukan jangkauan dan pertumbuhan bisnis. 

Dari sisi pemerintah untuk mendukung dunia usaha adalah dengan menyediakan pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi pelaku usaha untuk meningkatkan keahlian dan pengetahuan mereka.Kemudian,pendampingan dan bimbingan teknis untuk membantu pelaku usaha mencapai kinerja yang lebih baik.