Berhenti Tidak Puas

Manusia, sebagai makhluk dengan kebutuhan tak terbatas, akan cenderung memanfaatkan lingkungan demi kepuasan pribadinya.

Daftar Isi

Manusia, sebagai makhluk dengan kebutuhan tak terbatas, akan cenderung memanfaatkan lingkungan demi kepuasan pribadinya. Ia tak akan pernah merasa cukup, meski sudah punya satu, ia ingin punya dua, tiga, atau empat dan seterusnya. Manusia tak akan berhenti memanfaatkan alam, bila perlu meratakan gunung, mengeringkan samudera, agar perutnya kenyang sementara.

Revolusi Industri pada pertengahan abad 18, menandai eksploitasi besar-besaran manusia atas Bumi yang menjadi rumahnya. Manusia mengelilingi dunia hingga ke sudut-sudutnya, untuk mencari komoditas yang bisa dijadikan modal perdagangan. Borjuasi merajalela di kota-kota, menandai penghisapan golongan kuat ke yang lemah.

Samudera luas dikeruk dasarnya, ikan-ikannya diambil besar-besaran dengan kapal raksasa, entah untuk memberi makan siapa. Padahal, puluhan tahun sebelumnya, suku-suku yang hidup di pesisir, tak pernah kekurangan sumber makanannya. Mereka cukup tahu diri untuk mengambil ikan di laut hanya sebatas untuk menutup kebutuhannya. Maka alam pun menjaganya.

Kini kepuasan itu terus dicari tanpa henti. Ujungnya bencana, perang berkecamuk dimana-mana demi menguasai sumber utama penggerak perekonomian dunia, minyak. Bagaimanapun, dinamika dunia memang selalu dipengaruhi oleh sifat kecil yang dimiliki manusia tadi, kepuasan yang tak terbatas.  

Dan tentu saja, prinsip ini bertentangan dengan kesadaran positif dari manusia itu sendiri. Untuk selalu membumi, mendekat ke alam, menjaga keseimbangan. Ajaran kuno dari peradaban manusia zaman dahulu selalu membawa pesan yang sama, agar manusia tetap bersahaja. Ajaran agama-agama yang diyakini sebagai firman Tuhan, juga mendorong agar manusia selalu memilih hidup sederhana dan tak berlebih-lebihan.

Lalu dengan sifat alaminya itu, apakah manusia akan terus menyedot bumi hingga kering suatu saat nanti? Apakah akan ada titik di suatu masa, manusia sadar ketidakpeduliannya adalah kemusnahannya sendiri?

Kesadaran tentang kerakusan manusia yang harus dihentikan karena daya rusaknya besar ini sebenarnya sudah tumbuh di hati anak-anak muda. Misalnya dengan adanya gerakan You Only Need One,  gerakan untuk hidup hemat yang dilakukan anak-anak muda generasi baru di zaman ini. Ini bisa jadi sebuah kesadaran kecil,  namun mampu berdampak besar.

Maka, semua bisa dimulai dari diri sendiri. Dengan langkah kecil dari setiap pribadi ini, membalikkan arah kerakusan umat manusia bisa jadi bukan hal yang mustahil. Dimulai dengan naik kendaran umum saat bepergian, hargai orang lain, rajin memilah sampah, tidak hidup boros dan gerakan-gerakan positif lainnya yang baik buat lingkungan.

Mungkin banyak pihak beranggapan, mengubah arah perangai kolektif manusia hanyalah  sebuah mimpi siang bolong. Namun bermimpi tentang dunia ideal, tanpa dimulai dari langkah kecil, hanya jadi kesia-siaan. Karena sebuah aksi, meski kecil, pasti akan memiliki efek kupu-kupu yang timbul. Tinggal kita sebagai pribadi, sebagai individu merdeka bisa memilih,  mau lebih baik, atau gini-gini aja