Indonesia punya hubungan dekat dengan Uni Emirat Arab (UEA). Hal ini tergambar dari seringnya kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke negara teluk itu. Tercatat, sejak menjabat tahun lalu, Prabowo telah tiga kali berkunjung ke Uni Emirat Arab.
Di sana, Prabowo menemui Presiden PEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (MBZ), sekaligus menandai komitmen Indonesia dalam memperkuat hubungan bilateral kedua negara.
Dalam geopolitik, negara Teluk ini adalah hub strategis yaitu menjadi pintu gerbang perdagangan melalui Selat Hormuz dan akses pasar ke Timur Tengah, Afrika, hingga Eropa. Di sisi lain, Indonesia adalah pusat di Asia Tenggara.
Melalui Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement (IUAE CEPA), kerjasama kedua negara mencakup berbagai bidang, seperti investasi energi, migas, petrokimia dan Pelabuhan, Industri pertahanan (kerjasama dengan PT. PAL, PT. Pindad) serta pengembangan produk halal, dan pendidikan.
Dengan IUAE-CEPA, Indonesia mendapatkan penghapusan, pengurangan, dan penurunan tarif bea masuk secara bertahap sekitar 94 persen dari total pos tarif UEA sejak perjanjian berlaku. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, neraca perdagangan Indonesia dan UEA terus meningkat. Pada tahun 2021 sekitar US$ 1,9 miliar dan saat ini sudah mencapai US$ 5 miliar.
Pada Januari—Agustus 2025, total perdagangan kedua negara mencapai US$ 3,83 miliar, dengan nilai ekspor Indonesia ke UEA sebesar US$ 2,42 miliar dan impor Indonesia dari UEA sebesar US$ 1,40 miliar.
Untuk mengetahui lebih jauh arah kerjasama kedua negara di masa depan, wartawan SUAR, Sutta Dharmasaputra, Tria Dianti, Agung Mahesa dan pewarta video Ahmad Afandi, berkesempatan berbincang dengan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk UEA Judha Nugraha di Kantor Kementerian Luar Negeri pada Selasa, 28 Oktober 2025.
Judha yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia dan baru dilantik 25 Agustus 2025 lalu , mengaku akan mengawal komitmen investasi dari UEA hingga menjadi kenyataan. Petikannya:
Apa yang disampaikan Presiden kepada Anda, saat ditunjuk sebagai Dubes Uni Emirat Arab (UEA)?
Tugas kami adalah untuk mewujudkan Astacita dari Bapak Presiden Prabowo melalui diplomasi bilateral antara Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) dalam berbagai macam bidang. Politik, ekonomi, sosial budaya, dan juga pelindungan bagi warga negara Indonesia. Banyak hal-hal yang bisa dikembangkan antara Indonesia dan UEA. Dua negara ini berada dalam posisi geopolitik yang sangat strategis.
Bagaimana Potensi Kerjasama Indonesia – Uni Emirat Arab (UEA)?
Indonesia berada di Asia Tenggara, antara dua benua, UEA juga ada di jalur perdagangan internasional, hampir sekitar 30 persen perdagangan energi melalui selat Hormuz, kemudian 40 persen perdagangan internasional melalui jalur maritim itu melewati selat Malaka. Dua negara ini bisa memainkan peran sebagai hub bagi banyak kawasan.
Bagi kita, UEA bukan hanya hub dalam konteks bilateral, tapi juga menjadi hub untuk membuka akses pasar di kawasan Timur Tengah, Afrika, dan juga Eropa. Karena posisi yang strategis tersebut. Demikian juga, UEA bisa memanfaatkan Indonesia untuk bisa menjadi hub di kawasan Asia Tenggara.
Apa yang membedakan hubungan Indonesia-UEA dengan negara lainnya?
Dari jumlah kunjungan Bapak Presiden saja yang sejak dilantik sudah tiga kali berkunjung Bapak ke UEA. Ini sudah menunjukkan betapa eratnya hubungan kedua negara.
Kita memahami bahwa kawasan Timur Tengah ini merupakan kawasan yang diwarnai dengan berbagai macam konflik dan instabilitas yang dampaknya itu terasa di seluruh dunia. Bagi Indonesia, kita memerlukan kawasan Timur Tengah yang aman dan damai. Sehingga kita bisa bertumbuh bersama.
Kerjasama apa saja yang sekarang ini ada antara Indonesia – UEA dan sejauh mana itu berjalan?
Untuk IKN masih terus dalam pembicaraan. Selain itu, utamanya untuk infrastruktur, energi, termasuk energi terbarukan, dan juga oil and gas. Sebagai contoh misalkan untuk pembangkit listrik tenaga surya yang ada di Cirata itu adalah bentuk investasi energi terbarukan yang dilakukan UEA di Indonesia. Kemudian di sektor oil and gas, ada kerjasama juga untuk eksplorasi gas yang ada di Laut Andaman, di provinsi Aceh oleh Mubadala Energy. Harapannya nanti bisa segera berproduksi.
Di bidang pertahanan, Kita punya berbagai macam industri seperti perkapalan, PT PAL juga sudah membangun semacam kantor perwakilan di UEA
Dari pendidikan juga ada berbagai macam investasi yang dilakukan oleh UEA antara lain dengan Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta (UNU Yogyakarta).
Ada kerjasama di bidang vokasi ?
UEA itu kan juga memerlukan tenaga kerja dari Indonesia. Namun juga kita juga punya kepentingan dan juga diperlukan oleh UEA untuk yang skilled worker. Nah dalam konteks skilled worker tersebut, kunci utamanya adalah keahlian, keterampilan yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh UEA. Matchmaking.
Penempatan pekerjaan migran kita yang sektor formal dan juga skilled worker. Dan ini tentu akan sangat-sangat menguntungkan bagi kedua negara. Sebagai gambaran hampir sekitar 88 persen penduduk UAE itu adalah pendatang.
Contoh misalkan welding, hospitality, termasuk juga sektor kesehatan. Yang itu banyak diperlukan di UEA. Kita siapkan sejak awal di sini. Bukan hanya masalah keahliannya, tapi juga pengetahuan budaya, bahasa, bukan hanya bahasa Inggris, dengan bahasa Arab juga, dan juga berbagai macam hal yang lain.

Ada target Investasi ke Uni Emirat Arab?
Secara khusus, dalam pembacaan bilateral, memang UAE tertarik untuk mendanai proyek-proyek yang besar. Sekitar lebih dari USD500 juta. Tentu target kita adalah bagaimana meningkatkan dari capaian yang sudah ada saat ini.
Bagaimana dengan kerjasama IUEA – CEPA yang sudah berlaku sejak lebih dari setahun lalu?
Kami lihat cukup meningkat, hubungan Indonesia-UEA ini mendorong kerjasama ekonomi yang lebih erat di antara kedua negara. Nah harapan kita bagaimana nanti sektor swasta bisa melihat peluang-peluang yang bisa dilakukan. Karena sangat komprehensif kerjasamanya.
Ada respon dari sektor swasta?
Dari sisi statistik, ada peningkatan. Kita sudah mencatat surplus. Sekitar saat ini total perdagangan kedua negara mencapai USD5 miliar . Tapi potensinya masih sangat besar. Yang perlu kita develop bersama.
Saya men-challange sektor swasta. Bahwa jangan hanya bergantung kepada negara-negara tujuan dagang utama. Mulailah eksplorasi pasar-pasar non-tradisional. Di istilah investasi, don't put your all eggs in one basket. Sama seperti dengan mitra dagang kita. Karena UAE menjadi hub bagi Timur Tengah, Afrika, dan juga Eropa.
Apa saja potensi ekspor Indonesia ke sana ?
Manufaktur, tentunya. Terus kemudian, tadi kalau dari sisi pekerja migran, berbagai macam sektor hospitality, dan juga kemudian kesehatan. Kemudian juga sektor ekonomi kreatif yang bisa kita lakukan.
Dalam lima tahun ke depan apa yang Anda harapkan terjadi dalam hubungan kedua negara?
Dalam lima tahun ke depan, kita tentu berharap hubungan bilateral kedua negara semakin erat. Yang direfleksikan dari intensitas mekanisme bilateral di antara kedua negara yang semakin intensif.
Bagaimana kita bisa meningkatkan perdagangan, investasi, termasuk pariwisata juga, antara kedua negara. Termasuk contoh investasi. Ketika investasi, kami sudah diberikan tugas bukan hanya mengejar komitmen investasi, tapi bagaimana membuatnya menjadi nyata.
Ada strategi khusus yang Anda siapkan?
Kita identifikasi dimana check point- check point dari realisasi investasi tersebut. Menemukan berbagai macam masalah lain sebagainya ini akan muncul persepsi bahwa susah investasi di Indonesia. Kami akan coba fokus ke beberapa sektor utama. Kami kawal, bekerjasama dengan kementerian dan lembaga yang terkait.
Ada target khusus selama tiga tahun Anda bertugas di sana?
Di tahun pertama tentunya kami akan membangun networking. Pada akhirnya, diplomasi adalah tentang networking. Jadi ketika kita sudah bisa membangun networking dan menciptakan kepercayaan kepada pihak-pihak yang ada di UAE untuk bisa terus menciptakan interaksi ekonomi yang semakin erat. Kita harus buka peluang di sana. Kita buka ekonomi kita di sana. Jangan hanya happy dengan bermain di kandang sendiri.
Apakah ada harapan bagi investor untuk Indonesia?
Yang terpenting adalah apakah industri tersebut itu bisa memberikan keuntungan. Hanya tinggal tadi, kemudahan berinvestasinya. Kita harus pastikan berbagai macam perizinan itu bisa dilakukan dengan mudah. One stop service itu bisa betul-betul berjalan di lapangan. Kemudian untuk masalah lahan itu bisa diberikan kepastian hukum yang jelas. Dan kemudian juga masalah tenaga kerjanya. Ini yang perlu kita pastikan. Salah satu juga yang kita kembangkan adalah kawasan ekonomi khusus (KEK)
Nah ease of doing business di kita ini ya perlu kita terus perbaiki environment-nya. Environment-nya dari perizinan, infrastruktur, distribusi, kemudian kepastian hukum, dan lain sebagainya.
Apakah ada tips bagi pelaku usaha untuk berinvestasi di UEA maupun sebaliknya?
Kami di Kedubes Abu Dhabi adalah kepanjangan tangan dari teman-teman semua. Silakan manfaatkan kami. Kami siap untuk membantu untuk menciptakan hubungan bilateral ekonomi yang semakin menguntungkan bagi Indonesia dan UAE.
Satu, tips yang pertama, jangan ragu kontak kepada kedutaan. Silakan, kami ini ditugaskan negara, dibayar oleh negara untuk membantu teman-teman semua untuk menciptakan hubungan bilateral ekonomi yang menguntungkan kedua negara.
Yang kedua, jalin networking yang banyak di UAE. Buka berbagai macam peluang. Memang costly di awal tentunya akan terlihat costly untuk datang ke UAE dan membuka berbagai macam jalur yang ada, tapi sekali lagi be mindful bahwa ini potensinya begitu besar. Jadi yang paling sulit itu adalah langkah pertama. Di mana-mana, the first step is the hardest one.