Begini Strategi Perusahaan Energi Menjaga Keamanan Rantai Pasok

Di tengah tantangan geografis dan kompleksitas era digital, keamanan rantai pasok sebagai jantung perekonomian telah menjadi kunci stabilitas distribusi nasional.

Begini Strategi Perusahaan Energi Menjaga Keamanan Rantai Pasok
Diskusi panel Memperkuat Keamanan Rantai Pasok Untuk Menjamin Stabilitas Distribusi Nasional dalam kegiatan Indonesia Security Summit 2025, Jakarta, (26/5/2025). Foto: Arfan/SUAR.id.

Di tengah tantangan geopolitik dan kompleksitas era digital, keamanan rantai pasok sebagai jantung perekonomian telah menjadi kunci stabilitas distribusi nasional. Tak heran bila perusahaan energi, logistik, hingga pengembang teknologi canggih kini berfokus pada pendekatan holistik yang memadukan kolaborasi antarpihak, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, dan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan untuk mengamankan aliran barang dan data.

Ditemui di forum Indonesia Security Summit 2025 di Jakarta (26/8), Vice President Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) MIND ID Budi Haryanto menjelaskan, industri pertambangan sangat sensitif terhadap perubahan geopolitik dan dinamika global yang mempengaruhi harga komoditas mineral. Karena itu, perusahaan dituntut untuk beradaptasi dengan cepat dan efisien terhadap segala tantangan dan tuntutan global.

Pada saat yang sama, pihaknya menghadapi berbagai resiko keamanan yang signifikan dari faktor domestik. Sebutlah, pencurian aset di lokasi operasional yang tersebar, gangguan akibat demonstrasi dan blokade masyarakat, kerugian lingkungan dan negara dari penambangan ilegal, serta tantangan keamanan di wilayah dengan tingkat kriminalitas tinggi.

Untuk memperkuat keamanan, Mind ID menghadapi tantangan dengan meningkatkan tata kelola. Perusahaan holding industri pertambangan ini kini memiliki 2.200 personel keamanan lantaran memandang keamanan sebagai investasi yang didukung penuh oleh manajemen puncak.

Selain itu, Mind ID juga menggunakan teknologi digital, seperti, digitalisasi, untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan operasional. Budi juga menekankan pentingnya membangun hubungan yang kuat dengan masyarakat di sekitar area pertambangan.

Perusahaan jasa energi yang terlibat aktif mendistribusikan pasokan energi juga memiliki padangan serupa. Menurut Manager HSSE PT Elnusa Tbk, Lisda Dwi Rahayu, kolaborasi antarpihak penting untuk menjaga keamanan dan efektivitas rantai pasok nasional.

Menurut Lisda, rantai pasok ibarat 'jalan tol panjang' yang menghubungkan seluruh aspek kehidupan. Kerentanan di salah satu titik bisa berdampak besar pada keseluruhan sistem.

“Rantai pasok dari hulu ke hilir harus sinergi. Kenapa kita perlu sinergi, karena seperti di Elnusa, kita butuh data yang nantinya akan diinterpretasi dan dipetakan untuk memitigasi risiko dan acamanan rantai pasok,” jelas Lisda di forum diskusi yang sama (26/8/2025).

Manager HSSE PT. Elnusa, Tbk Lisda Dwi Rahayu, (Suar/Arfan).

Ia menguraikan, akar masalah keamanan rantai pasok adalah tidak optimalnya koordinasi antar lembaga, kurangnya sistem deteksi ancaman, dan tidak adanya protokol respons gabungan yang terstadarisasi, serta keterlibatan masyarakat lokal masih minim.

Berdasarkan pemaparan Lisda, Elnusa sendiri telah melakukan pendataan secara terintegrasi dari sumber data aparat keamanan, analisis peneliti sosial dan lembaga swadaya masyarakat, serta data dan informasi dari tokoh masyarakat setempat.

Menurutnya, hasil pendataan yang dilakukan perusahaan jasa energi terintegrasi ini nantinya akan dikembangkan untuk memetakan titik kritis, seperti wilayah konflik, area rentan kejahatan, dan daerah rawan bencana. Lisda mencontohkan perkembangan sistem keamanan rantai pasok juga memanfaatkan teknologi dengan mengembangkan sistem deteksi dini dengan menggunakan AI CCTV dan laporan serta pengaduan dari komunitas secara real time.

Lebih lanjut, ia menegaskan, kolaborasi antara pihak, seperti keterlibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI), kepolisian, pemerintah daerah (pemda), dan juga peran media sebagai penguat narasi positif.

Dari unsur pengawasan pemerintah, Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) juga memandang keamanan sebagai sistem terpadu yang mencakup kolaborasi dengan masyarakat dan perlindungan aset strategis negara. Indarto Wibowo, Kepala Departemen Sekuriti SKK Migas, menjelaskan bahwa fungsi keamanan berperan penting sejak tahap sosialisasi, perizinan, hingga fase eksplorasi dan produksi.

“Jadi security itu lebih dari penjagaan fisik dan lebih kepada bisa menjaga kemudian kolaborasi dengan masyarakat dan yang pasti bisa menjaga investasi aset, kalau kita bicara dalam bintai investasi,” ujarnya dalam panel diskusi Indonesia Security summit 2025, Jakarta (25/8/2025).

Indarto memaparkan bahwa SKK Migas berperan sebagai pengelola kegiatan usaha hulu migas berdasarkan kontrak bagi hasil atau production sharing contract (PSC). Kerjasama ini dimulai sejak adanya pemenang lelang wilayah kerja migas yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). “Jadi Fungsi keamanan mulai berperan sejak tahap sosialisasi dan perizinan, hingga pada fase eksplorasi dan produksi,” imbuhnya.

Menurut Indarto, gangguan paling banyak terjadi pada fase eksplorasi, ketika ada kegiatan seperti survei geologi, geofisika, dan pengeboran. Setelah itu, pada tahap produksi, tantangan keamanan mencakup pengamanan sumur, fasilitas produksi, jalur pipa, dan aset lainnya.

“Sebagai pengawas kegiatan hulu migas, SKK Migas memastikan seluruh aktivitas berjalan lancar dengan melakukan audit dan penilaian risiko terhadap program keamanan yang diterapkan,” tandasnya.

Ia memaparkan, kerugian akibat ancaman keamanan sabotase, pencurian, blokade, dan geopolitik pada sektor migas mencapai Rp 1,9 miliar dengan total 1.310 kasus sejak Januari 2025 hingga Juni 2025.

Menanggapi ancaman dan risiko tersebut, SKK Migas melakukan mitigasi dengan pendekatan risiko memakai dua acuan utama dalam mengelola pengamanan, yaitu Standar dan Organisasi Pengamanan serta Peraturan Kompetensi. “Dokumen acuan tersebut memastikan bahwa sistem keamanan yang diterapkan bersifat transparan dan terukur,” ujarnya.

Memastikan rantai pasok stabil

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN pun berupaya memastikan pasokan listrik tetap stabil dan aman, mengingat cakupan jaringannya yang sangat luas. Vice President Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Detty Elviany, memaparkan berbagai upaya yang dilakukan perusahaan untuk memastikan pasokan listrik tetap stabil dan penguatan keamanan rantai pasok. 

Saat ini PLN memiliki 90.000 kilometer jaringan transmisi, 1,1 juta kilometer jaringan distribusi, 182.000 Megavolt-Ampere (MVA) kapasitas gardu listrik, dan 16 juta tiang listrik. Sehingga, PLN membutuhkan jaring pengamanan yang efektif dan terintegrasi.

Detty menjelaskan, sebelumnya rantai pasok energi primer tersebar di lima entitas PLN Group dengan pengelolaan yang dapat menimbulkan risiko ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan. Namun, kini rantai pasok energi primer sudah di satu manajemen, sehingga lebih menjamin keamanan.

Vice President Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Detty Elviany, (Suar/Arfan).

Detty mengisahkan, untuk menghadapi tantangan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dalam penyaluran listrik dari pembangkit yang lokasinya terpisah jauh, pemerintah dan PLN berencana membangun super grid atau jaringan listrik terintegrasi.

Menurut Ketua Umum Perkumpulan Keamanan dan Keselamatan Indonesia (Kamselindo), Kyatmaja Lookman, keamanan rantai pasok mencakup serangkaian kebijakan dan teknologi yang dirancang untuk melindungi aliran barang dan data, serta berfokus pada manajemen risiko. Ia menjelaskan bahwa risiko kini mencakup berbagai bentuk, dari kekeliruan pengiriman barang hingga kejahatan digital.

“Kalau kita berbicara tentang supply chain, itu pertukaran fisik dan data. Jadi ada dua bentuk ancaman keamanan, seperti kekeliruan dalam pengiriman barang, namun juga kekeliruan digital,” ujar Kyatmaja yang juga menjabat Chief Operating Officer (CEO) PT Lookman Djaja Logistik.

Ia menyoroti bagaimana teknologi telah mengubah modus operandi kejahatan. Contohnya, GPS yang dulunya berfungsi sebagai alat pelacak dan proteksi, kini bisa dimanipulasi oleh pelaku kejahatan sehingga perlu adanya adaptasi strategi keamanan.

CEO PT Lookman Djaja Logistik, Kyatmaja Lookman. Foto: Suar/Arfan.

Teknologi AI: solusi prediktif untuk mitigasi risiko

Di sisi lain, perkembangan teknologi menawarkan solusi proaktif untuk mengamankan rantai pasok. PT KPMG Siddharta Advisory mengembangkan solusi berbasis kecerdasan buatan (AI) dan analitik prediktif yang disebut Supply Chain Predictor untuk mengantisipasi dan memitigasi risiko.

Menurut Associate Director PT KPMG Siddharta Advisory, Mochammad Zuliansyah, solusi ini dirancang untuk menciptakan platform AI yang dapat digunakan oleh berbagai perusahaan di Indonesia untuk mendeteksi gangguan dalam rantai pasok perusahaan.

“Kita memperkenalkan solusi dan teknologi di area supply chain yang sudah dan sedang dikembangkan secara global. Bagaimana kita bisa provide keamanan  dari ancaman dan gangguan dengan menggunakan teknologi data analitik dan juga AI,” ujar Zuliansyah dalam forum diskusi Memperkuat Keamanan Rantai Pasok Untuk Menjamin Stabilitas Distribusi Nasional, Jakarta (26/5/2025).

Ia menjelaskan bahwa penggunaan Supply Chain Predictor dengan AI memungkinkan perusahaan memprediksi hal-hal yang mungkin terjadi, seperti adanya gangguan atau masalah, sehingga perusahaan dapat mempersiapkan langkah-langkah penanganan yang lebih baik. 

Lebih lanjut, ia menguraikan, salah satu fitur utama yang dikembangkan adalah Digital Equity. Digital Equity memungkinkan pemodelan ulang kondisi nyata di lapangan secara digital. Dengan teknologi ini, “Segala sesuatu yang ada di dalam area rantai pasok itu bisa kita monitor di dalam sistem,” jelas Zuliansyah.

Zuliansyah menambahkan bahwa untuk meningkatkan keakuratan prediksi dan pemodelan diperlukan integrasi data internal perusahaan dan eksternal. 

“Data internal mengacu pada data history, yang perusahaan itu miliki, sehingga, semakin banyak data dari perusahaan semakin smart. Tetapi, kami tambahkan satu lagi adalah data eksternal, suatu big data,” jelasnya.

Big data, imbuhnya, menyimpan semua kesimpulan dari masalah dan insiden yang berlaku pada sebagian besar sektor industri secara global.

Dalam Pemaparannya Zuliansyah menjelaskan cara kerja Supply Chain Predictor yang dilengkapi dengan beberapa fitur kunci untuk mengamankan rantai pasok, di antaranya;

  1.  Advanced scenario modelling yang memungkinkan membuat perencanaan rantai pasok dari hulu ke hilir. Sistem tersebut dapat memproyeksikan kebutuhan produk selama 1 bulan, 3 bulan, hingga 12 bulan ke depan. Selain itu, fitur ini menyediakan alternatif pemasok yang memiliki karakteristik serupa didukung oleh machine learning
  2. Intelligent forecasting yang digunakan untuk simulasi. Perusahaan dapat memprediksi risiko potensial dan mengevaluasi kesesuaiannya dengan tujuan bisnis. Fitur ini juga dapat membantu menentukan individu yang paling sesuai untuk suatu peran.
  3. Anomaly detection yang menampilkan fasilitas secara virtual dalam model 3D jika terjadi anomali, sistem dapat mendeteksinya dengan cepat. Sistem kemudian akan memberikan rekomendasi tindakan korektif. 

Meskipun menjanjikan, Zuliansyah juga mengakui beberapa tantangan dalam mengimplementasikan AI. Di antaranya, kesiapan data, di mana data yang tidak terkelola dengan baik dan tersebar menjadi hambatan utama. Kemudian, tenggat waktu yang seringkali tidak realistis karena perusahaan menginginkan hasil instan, padahal sistem AI membutuhkan waktu untuk belajar dan berkembang.

Terakhir, dibutuhkan kesiapan dari sisi manusia dan proses, termasuk insentif yang tepat agar teknologi baru dapat diadopsi dengan baik.

Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia dan global tengah menghadapi tantangan baru dalam mengelola keamanan, seiring dengan meningkatnya ancaman siber dan pentingnya perlindungan aset fisik.

Senada dengan Mind ID, hal serupa juga dilakukan oleh PT Astra International Tbk. Corporate Security Division Head Astra Selly Irfandy mengungkapkan, strategi keamanan perusahaan telah diperkuat melalui implementasi sistem Astra Security Management System (ASMS) sejak tahun 20 tahun lalu.

Sistem ini bertujuan untuk mengintegrasikan program-program keamanan seluruh perusahan-perusahaan yang tergabung dalam holding Astra International, sehingga setiap inisiatif dapat berjalan dengan efektif.

“ASMS ini sebenarnya menggambarkan bagaimana kita bisa membantu dan memproses perusahaan di bawah holding PT Astra International Tbk yang punya program dan inovasi keamanan. Tujuannya adalah memacu inovasi dan kreativitas agar program dapat dijalankan,” ujar Selly dalam panel diskusi Indonesia Security Summit 2025, Jakarta (25/8/2025).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa ASMS adalah model strategi pengamanan berbasis risiko dengan pendekatan, resiko teknikal, operasional, komersial, dan finalsial. “Strategi pengamanan holding ini untuk keberlangsungan perusahaan. Program yang kita jalankan bukan menghabiskan dana tapi untuk mengamankan aset perusahaan,” tambahnya,

Sejauh ini, sistem ASMS telah diterapkan di lebih dari 600 instalasi Astra di seluruh Indonesia. Keberhasilan implementasi ini terlihat dari adanya penghargaan (award) yang diberikan setiap tahunnya. Sejak 2015, acara penghargaan ASMS Award telah mengumpulkan sebanyak 588 inovasi dari berbagai unit bisnis.

Selly Irfandy menjelaskan, program ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang apresiasi, tetapi juga mendorong unit-unit bisnis untuk terus berinovasi. “Mereka harus berkomitmen bahwa sistemnya itu tidak jauh dari inti bisnis mereka, sehingga mereka bisa terus membuat program-program yang relevan,” tambahnya.

Lebih lanjut, Selly mengungkapkan bahwa syarat utama untuk mendapatkan pengakuan tersebut adalah memiliki sistem dan platform yang baik, serta program-program inovasi yang mampu memberikan nilai tambah (net worth income) yang signifikan bagi perusahaan. 

Di tengah kompleksitas tantangan global dan regional, Indonesia dituntut untuk mengadopsi pendekatan keamanan yang lebih holistik dan terintegrasi. Menurut Phillip J. Vermonte, Senior Fellow Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, tata kelola keamanan yang baik bukan hanya tentang kekuatan militer, tetapi juga menjadi strategi kunci untuk mitigasi risiko bisnis, menjaga keberlanjutan ekonomi, dan membangun kepercayaan di mata investor.

Vermonte menjelaskan bahwa konsep keamanan telah berevolusi dari ancaman tradisional (perang antar negara) ke ancaman non-tradisional, yang lebih dikenal sebagai human security. "Jadi, konsep keamanan sekarang juga sudah berkembang tidak hanya perang antar negara, tapi juga hal-hal yang tepatnya non-tradisional seperti natural disaster, dampak pandemi, dan illegal trafficking," ujarnya dalam acara yang sama, di Jakarta (25/8/2025).

Menurutnya, interaksi dari berbagai ancaman mulai dari geopolitik hingga perubahan iklim sering terjadi secara simultan, sehingga menciptakan situasi multidimensi yang menantang.

Ia menambahkan bahwa dampak dari perubahan geopolitik dan iklim menimbulkan berbagai risiko ekonomi dan keamanan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Risiko tersebut mencakup ketidakstabilan ekonomi kawasan akibat konflik local currency settlement, ketidakpastian harga komoditas dan biaya logistik, menurunnya kepercayaan investor, serta kerusakan aset dan infrastruktur bisnis akibat bencana.

Phillip menekankan bahwa situasi yang tidak stabil, baik akibat konflik geopolitik maupun bencana non-tradisional, dapat meningkatkan risiko investasi. "Geopolitical action dan dampaknya bisa mendisrupsikan rantai pasok dan logistik kemudian karena situasi yang tidak aman, risk untuk investasi bertambah,karena itu kita mempunyai kepentingan menjaga perdamaian,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengingatkan, ancaman kejahatan lintas batas juga dapat mempengaruhi persepsi investor karena hal tersebut mencerminkan lemahnya penegakan hukum dan mengindikasikan lemahnya kemampuan negara dalam 

Untuk mengelola tantangan ini, Vermonte menyarankan agar sektor bisnis dan lembaga pemerintah mulai mengintegrasikan analisis geopolitik ke dalam perencanaan strategis mereka. Dengan memahami dampak dari setiap dinamika geopolitik, Indonesia dapat membangun ketahanan yang lebih baik, mengurangi risiko, dan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Read more