Ringkasan Eksekutif: Memikat Investasi Berkualitas dan Berkelanjutan

Capaian kinerja setahun pemerintahan Prabowo Subianto ini mencakup penyerapan 1.956.346 tenaga kerja dan didukung oleh kebijakan hilirisasi, serta pemerataan investasi di luar Jawa.

Realisasi investasi Indonesia periode Januari–September 2025 mencapai Rp 1.434,3 triliun, tumbuh 13,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Ini setara dengan 75,3% dari target tahunan.

Capaian kinerja setahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto ini mencakup penyerapan 1.956.346 tenaga kerja dan didukung oleh kebijakan hilirisasi, serta pemerataan investasi di luar Jawa. Adapun Singapura menjadi negara asal penanaman modal asing (PMA) terbesar.

Berikut beberapa aspek dari capaian investasi selama hampir setahun ini.

Target investasi: Pemerintah menargetkan investasi sebesar Rp 13.032 triliun untuk periode 2025–2029.

Tujuan: Mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada tahun 2029.

Tantangan: Membutuhkan peningkatan investasi yang signifikan, karena realisasi investasi dalam 10 tahun terakhir (2014–2024) hanya sekitar Rp 9.100 triliun.

Fokus investasi: Pemerintah memprioritaskan investasi berkualitas dan berkelanjutan, terutama dari sektor hilirisasi mineral dan industri berbasis energi bersih.

Upaya lain: Selain investasi, pemerintah juga mendorong kolaborasi dengan mitra internasional dan memastikan kepastian regulasi untuk menarik investasi.

Baca beritanya di sini.

Pencapaian  yang paling penting tidak hanya dari segi angka pencapaian, tapi juga dari segi investasi berkualitas. Seperti:

  • Investasi hingga September 2025 lebih besar dirasakan di luar Pulau Jawa yang menyentuh Rp 741,8 triliun atau 51,7%. Adapun 48,3% sisanya ada di Pulau Jawa dengan realisasi Rp 692,5 triliun.
  • Kontribusi penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp 644,6 triliun atau 44,9%. Nilai itu masih kalah dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 789,7 triliun alias 55,1% dari total capaian investasi.
  • Dari sisi sebaran daerah, ada Jawa Timur dengan serapan Rp 105,1 triliun (7,3%), Sulawesi Tengah dengan serapan Rp 97,6 triliun (6,8%), serta Banten dengan serapan Rp 91,6 triliun (6,4%).

Baca ulasannya di sini.

Lima besar subsektor realisasi investasi hingga September 2025.

  • Industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya senilai Rp 196,4 triliun (13,7%).
  • Transportasi, gudang, dan telekomunikasi senilai Rp 163,3 triliun (11,4%).
  • Pertambangan sebesar Rp 158,1 triliun (11%).
  • Jasa lainnya yang menyerap Rp 130 triliun atau 9,1%.
  • Perumahan, kawasan industri, perkantoran senilai Rp 105,2 triliun (7,3%).
  • Gabungan realisasi PMA dan PMDN pada kuartal III-2025 paling besar dirasakan
  • Jawa Barat dengan nilai Rp 218,2 triliun atau setara 15,2%. DKI Jakarta menempati urutan kedua dengan serapan Rp 204,2 triliun (14,2%).

Secara umum, faktor pendorong kenaikan investasi memang berkaitan erat dengan kebijakan hilirisasi. Selain nikel, hilirisasi bauksit juga menunjukkan minat besar dari para investor.

Baca ulasannya di sini.

Selain itu, sektor waste to energy (WtE) atau pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) juga mulai menarik banyak perhatian. Untuk itu, pemerintah telah mengeluarkan beberapa regulasi, termasuk perpres pengembangan waste to energy.