Pertamina Has a Dual Growth Strategy (3)

PT Pertamina is key to the nation's energy transformation and energy security. The state-owned energy company is committed to supporting the NZE target by 2060.

Pertamina Has a Dual Growth Strategy (3)
Fadjar Djoko Santoso Vice President Corporate Communication Pertamina (Dok. Pribadi)

Wawancara Fadjar Djoko Santoso, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero)

Dalam lanskap energi nasional yang terus berubah, PT Pertamina (Persero) menjadi kunci transformasi energi dan ketahanan energi bangsa. Di tengah tantangan global dan tuntutan transisi energi, perusahaan energi milik negara ini memainkan peran strategis dalam menjaga ketahanan energi Indonesia, sekaligus mendorong inovasi berkelanjutan.

Sebagai alat negara, Pertamina memang akan selalu diharapkan untuk bisa menjamin operasional negeri ini berjalan tanpa jeda. Di sisi lain, tantangan semakin keras. Dunia berubah, sumber energi fosil semakin berkurang, sedangkan permintaan bahan bakar minyak semakin bertambah.

Di sinilah Pertamina dituntut untuk bisa memitigasi semua perubahan yang terjadi. Penggunaan energi terbarukan akan menjadi kewajiban yang tak bisa dihindari lagi.  Lalu, bagaimana Pertamina menyeimbangkan tuntutan zaman dengan modal yang kini dimiliki, agar masyarakat Indonesia juga menikmati kesejahteraan seperti yang dicitakan pendiri bangsa.

Berikut petikan wawancara SUAR secara tertulis dengan Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, pekan lalu.

Bagaimana kesiapan Pertamina dalam mendukung kebijakan pemerintah mengenai peta jalan penggunaan etanol sebagai campuran bahan bakar?

Untuk mendukung program kebijakan bahan bakar nabati (BBN) etanol 10% (E10), Pertamina telah memiliki infrastruktur energi yang terintegrasi yang siap dalam penyediaan dan penyalurannya. 

Dari sisi mid-stream, kilang Pertamina telah memiliki fasilitas blending BBM dengan BBN etanol, sebagaimana yang pernah dilakukan pada program pencampuran 20% biodiesel – fatty acid methyl ester (FAME) – dari minyak sawit dengan 80% solar untuk menghasilkan Biosolar B20 dan sekarang sudah menjadi B40.

Pada acara GIIAS 2024, Pertamina bersinergi dengan Toyota melakukan uji coba pada kendaraan flex fuel vehicle (FFV) Toyota menggunakan E100 atau 100% berbahan bakar nabati bioetanol dari sorgum.

Selain itu, uji coba bioetanol 10% (E10) pada sejumlah mobil Toyota – seperti Agya, Avanza, Innova Zenix – melalui kolaborasi dengan TRAC di Surabaya selama satu tahun mulai November 2024. Kedua uji coba ini bertujuan untuk mendukung transisi energi bersih dan mencapai target net zero emission (NZE) di Indonesia.

Apa strategi Pertamina untuk menyiasati kebutuhan BBM yang setiap tahun meningkat?

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam penyediaan BBM yang terus meningkat setiap tahun, Pertamina menjalankan strategi pertumbuhan ganda (dual growth strategy). Yakni, selain memperkuat bisnis migas, Pertamina juga mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan (biofuel) dengan memanfaatkan sumber-sumber energi yang melimpah di dalam negeri.

Dalam upaya memaksimalkan bisnis inti, kami melakukan peningkatan produksi hulu. Yakni, menjaga ketahanan energi dengan meningkatkan produksi hulu minyak dan gas juga meningkatkan fleksibilitas kilang dengan mengoptimalkan aset kilang untuk meningkatkan efisiensi dan margin produk, sekaligus program Refinery Development Masterplan Program (RDMP).

Proyek RDMP Balikpapan disebut akan mengubah peta pengolahan BBM nasional, yang Anda harapkan?

RDMP Balikpapan akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang Balikpapan dari semula 260 kilo barrel per day (kbpd) menjadi 360 kbpd, meningkatkan kualitas produk menjadi standar Euro 5 yang lebih ramah lingkungan, serta meningkatkan kompleksitas kilang guna mendorong efisiensi operasional dan memperluas jangkauan produk.

Kompleksitas kilang juga akan naik dari skala NCI (Nelson Complexity Index) 3,7 menjadi 8,0 yang mencerminkan kemampuan kilang mengolah minyak mentah dengan kualitas beragam menjadi produk bernilai tinggi.

Operasional RDMP Balikpapan bukan hanya efisien, tetapi juga mampu mengolah residu campuran pada unit RFCC dengan kapasitas sekitar 90.000 barel per hari.

Dari proses ini dihasilkan beberapa produk yang langsung diolah lebih lanjut, seperti LPG, nafta, propilena, dan gasoline sehingga juga meningkatkan nilai ekonomi dari residu yang sebelumnya kurang optimal, menjadi produk bernilai tinggi.

Apa langkah konkret yang sedang dilakukan Pertamina untuk meningkatkan kapasitas kilang dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada BBM impor?

Dalam periode sepuluh tahun terakhir, Pertamina telah menginisiasi proyek revitalisasi kilang (RDMP) dan pembangunan kilang (GRR). Proyek RDMP mencakup kilang Balikpapan, Balongan, Cilacap, Dumai, dan Plaju. Sedangkan pembangunan kilang baru berlokasi di Tuban.

Dalam periode 2019–2024, Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional telah menyelesaikan 11 proyek kilang strategis yang tersebar di lima lokasi, yakni Kilang Cilacap, Kilang Balongan, Kilang Balikpapan, Kilang Dumai, dan Kilang PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban.

Terbaru, Pertamina telah selesai membangun tangki penyimpanan Lawe-Lawe, yang merupakan tangki penyimpanan BBM terbesar di Asia Tenggara. Dengan fasilitas seperti ini, hasil pengolahan dari kilang dapat ditempatkan di tangki storage, dan kilang tetap beroperasi mengolah produk lainnya.

 Apa komitmen Pertamina dalam mendukung target Net Zero Emission 2060, khususnya dari sektor BBM dan transportasi?

Pertamina berkomitmen mendukung target Pemerintah Indonesia untuk NZE pada tahun 2060.  Pertamina telah menyiapkan Roadmap Net Zero Emissions 2022–2060, dengan dua pilar utama: dekarbonisasi aktivitas bisnis dan pengembangan bisnis hijau baru (new green business).

Dalam kaitannya dengan penggunaan bahan bakar untuk transportasi, Pertamina telah melakukan inisiatif di era transisi energi seperti mengembangkan green refinery dalam rangka memproduksi bahan bakar nabati (Biosolar B40, Pertamax Green).

Untuk melayani kebutuhan bahan bakar pesawat, Pertamina telah mulai memproduksi sustainable aviation fuel (SAF) yang sebagian feedstock-nya adalah used cooking oil.

Apa strategi Pertamina untuk memastikan distribusi BBM yang adil dan merata, terutama di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal)?

Jumlah lembaga penyalur BBM dan LPG Pertamina lebih dari 15.000 lembaga di seluruh  Indonesia, termasuk 573 BBM 1 Harga yang tersebar di wilayah 3T.  Program BBM Satu Harga telah berjalan sejak tahun 2018, hingga saat ini.

Salah satunya, SPBU BBM Satu Harga di Kampung Napirboy, Kelurahan Saonek, Distrik Naigeo Selatan Waisai. Waigeo Selatan adalah sebuah distrik yang terletak di Pulau Waigeo, dalam wilayah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya. Harga BBM saat ini di Waigeo hanya Rp 10.000 per liter untuk pertalite dan Rp 6.800 untuk Solar. Sebelum masuk BBM Satu Harga, harga BBM ini mencapai tiga kali lipat.

Selain program BBM Satu Harga, Pertamina juga membangun dan mengembangkan Pertashop, yakni outlet penjualan BBM non-subsidi di wilayah yang jauh dari SPBU, agar akses masyarakat dalam membeli BBM lebih mudah.

Melalui infrastruktur energi terintegrasi dan terluas yang didukung digitalisasi, Pertamina menjamin ketersediaan energi secara andal hingga ke seluruh pelosok Indonesia.