Laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilansir awal September lalu menyebutkan, panen padi nasional di bulan Juli meningkat. Peningkatan produksi ini menjadi penguat untuk ketahanan pangan dan peluang untuk menstabilkan harga beras.
Sepanjang periode Januari–Juli 2025, secara nasional Indonesia berhasil memproduksi hingga 38,07 juta ton gabah kering giling. Setelah panen raya di bulan Maret dan April yang produksi padinya mencapai 9 juta ton, kenaikan kembali terjadi di bulan Juli, yaitu 4,81 juta ton. Diprediksi, peningkatan akan berlanjut di bulan Agustus dengan volume produksi mencapai 5 juta ton.
Secara tahunan, capaian produksi di tahun ini cukup menjanjikan. Hal ini menjadi kabar baik di tengah kecenderungan produksi tahunan yang menurun, meski masih konsisten di atas angka 50 juta ton per tahun. Peningkatan pesat diperkirakan terjadi di tahun 2025 dikarenakan realisasi hingga Juli sudah mencapai 38,07 juta ton atau sekitar 70% dari rara-rata produksi padi dalam 5 tahun terakhir.
Hal ini membawa harapan untuk mencapai ketahanan pangan nasional. Pasalnya, laporan Outlook Padi oleh Kementerian Pertanian menyebutkan, kebutuhan konsumen rumah tangga terhadap beras terus meningkat selama periode 2000-2024, sementara produksi padi belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan.
Setelah tahun 2019, produksi padi hanya mampu mencukupi 94,21% hingga 97,04% dari kebutuhan domestik secara keseluruhan. Kesenjangan ini menciptakan ketergantungan pada impor untuk menutup sisa 2,85% dari total kebutuhan. Peningkatan produksi yang terjadi di tahun ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan domestik secara mandiri dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Tantangan lainnya terkait harga beras. Sejak 2019, produksi padi cenderung menurun secara bertahap, sementara harga beras mengalami tren kenaikan yang signifikan. Penurunan produksi ini terlihat dari angka tahun 2019 sebesar 54,6 juta ton yang turun menjadi 53,1 juta ton di tahun 2024.
Di sisi lain, harga beras naik dari Rp 12.091,09 per kilogram (2019) menjadi Rp 13.717,00 per kg (2024). Di sepanjang 2025 ini, harga terus merangkak naik dari Rp 13.561 per kg di Januari dan diperkirakan menjadi Rp 14.292,00 per kg di Agustus.
Kesenjangan antara permintaan yang terus meningkat dan pasokan yang stagnan atau menurun bisa menjadi kendala tercapainya ketahanan pangan nasional. Pemerintah perlu melakukan terobosan untuk menjaga ketersediaan pangan serta harga beras.
Peningkatan produksi melalui inovasi pertanian, penguatan lumbung pangan lokal, dan diversifikasi pangan menjadi langkah krusial. Selain itu, optimalisasi sistem logistik dan cadangan beras nasional menjadi kunci untuk meredam gejolak harga.