Merawat Pelanggan, Meningkatkan Transaksi Belanja

Nilai transaksi belanja di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Tahun 2024 lalu, nominalnya lebih dari Rp 1.500 triliun atau sekitar 7% dari Produk Domestik Bruto. Hingga paruh pertama tahun ini, nilai transaksi belanja sudah 62 persen dari nominal tahun lalu.

Merawat Pelanggan, Meningkatkan Transaksi Belanja

Nilai transaksi belanja di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Tahun 2024 lalu, nominalnya lebih dari Rp 1.500 triliun atau sekitar 7% dari produk domestik bruto. Hingga paruh pertama tahun ini, nilai transaksi belanja sudah 62% dari nominal tahun lalu.

Dalam suasana Hari Pelanggan Nasional yang jatuh setiap tanggal 4 September, banyak toko atau gerai penjualan produk memberikan diskon, penawaran khusus, atau hadiah bagi pelanggan. Upaya ini merupakan strategi untuk meningkatkan nilai transaksi belanja dan meraup untung lebih besar.

Berdasarkan data Bank Indonesia, selama periode 2020–2024, nilai transaksi belanja yang tercatat melalui penggunaan alat pembayaran berupa kartu dan secara digital (ATM, debit, kartu kredit, dan uang elektronik) telah meningkat dua kali lipat. Dari senilai Rp 721,2 triliun pada tahun 2020, menjadi Rp 1.556,8 triliun pada 2024. Pada tahun 2025 ini, selama 6 bulan pertama nilainya sudah tercatat Rp 972,3 triliun atau sekitar 62% dari nilai tahun lalu.

Peningkatan nilai transaksi belanja ini bisa dipandang sebagai meningkatnya konsumsi masyarakat, terutama kalangan menengah ke atas sebagai pengguna semua jenis kartu yang dimonitor oleh Bank Indonesia. Peningkatan terbesar terjadi tahun 2022 yang tumbuh 44,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Menariknya, pola pengunaan alat pembayaran mulai bergeser dalam rentang lima tahun terakhir. Pada tahun 2020, alat pembayaran yang dominan masih berupa kartu ATM atau jenis debit lainnya, dengan porsi 39,5% dari total penggunaan alat pembayaran. Penggunaan kartu kredit sebagai alat pembayaran porsinya 32,1%. Selebihnya berbelanja menggunakan uang elektronik (28,4%).

Penetrasi penggunaan uang elektronik semakin luas sesuai dengan kampanye masyarakat di era digital yang mengedepankan pengurangan pemakaian uang tunai (cashless society). Sejak tahun 2024, porsi berbelanja menggunakan uang elektronik mulai mendominasi. Porsinya menjadi 38,4%. Sementara penggunaan kartu ATM/debit turun menjadi 34,2%. Penggunaan kartu kredit untuk berbelanja tinggal 27,5%.

Tahun 2025 ini, meski baru satu semester, porsi penggunaan uang elektronik meningkat lagi menjadi 45,2%. Porsi penggunaan kartu ATM turun menjadi 32,3%. Sedangkan porsi penggunaan kartu kredit juga turun menjadi 22,5%.

Kemajuan teknologi digital dan kemudahan dalam menggunakan alat pembayaran akan mendorong konsumsi masyarakat. Nilai transaksi belanja berpotensi untuk terus bertambah. Apalagi jika keinginan untuk berbelanja para konsumen ini dirawat dengan layanan yang menarik dari produsen atau penjual.

Bagi kalangan kelas menengah sekalipun sedang tergerus daya belinya, layanan dan tawaran yang menggiurkan dari toko atau gerai kepada pelanggannya akan memancing untuk loyal berbelanja. Meski berbelanja hanya sedikit demi sedikit, lama-lama nilai transaksi akan menjadi bukit.

Meminjam kalimat dari ekonom M Chatib Basri, kalangan menengah mempunyai keterampilan dalam menganggap “diskon” sebagai bentuk kekayaan dan “belanja hemat” sebagai prestasi.

Author