Minat Investasi Safe Haven Mendongkrak Harga Emas

Kenaikan harga di pasar global semakin meneguhkan emas sebagai aset "safe haven" yang tak tergoyahkan. Laju harga emas didorong oleh permintaan untuk tujuan investasi.

Minat Investasi Safe Haven Mendongkrak Harga Emas

Lonjakan harga emas terus berlanjut. Hingga 8 Oktober 2025, harga emas dunia menyentuh US$ 4.000 per ons troy. Sedangkan emas Antam Indonesia menyentuh harga Rp 2,29 juta per gram.

Dilihat lima tahun ke belakang, lonjakan harga dimulai pada akhir tahun 2023, ketika harga mulai merangkak dari US$ 1.975 per ons troy. Kini, si aurum tembus rekor US$ 4.000 per ons troy.

Tren kenaikan harga ini menunjukkan tingginya minat investor. Data World Gold Council memperlihatkan, sejak awal tahun 2025, permintaan emas menguat untuk kebutuhan investasi. 

Selain investor individu, permintaan logam mulia ini juga datang dari institusi resmi, terutama dari bank-bank sentral yang terus menambah cadangan emas mereka. Sebagai contoh, pada kuartal II–2025, Polandia mencatat peningkatan cadangan emas terbesar: 18,66 ton; diikuti oleh Kazakhstan sebanyak 15,65 ton.

Jika dilihat berdasarkan tujuan penggunaan, faktor investasi menjadi pendorong utama lonjakan permintaan emas. Total permintaan emas untuk tujuan investasi meningkat tajam 78% secara tahunan, yakni dari 268,1 ton di kuartal II–2024 menjadi 477,2 ton di kuartal II–2025.

Kenaikan ini mengindikasikan bahwa investor individu dan institusi mulai mengalihkan modal mereka ke dalam bentuk emas untuk melindungi nilai aset dari inflasi dan dinamika pasar. Permintaan produk investasi emas ritel seperti batangan dan koin (bar & coin) pun menanjak 11% (YoY) di kuartal II–2025.

Peningkatan signifikan juga terekam pada produk gold backed exchange traded funds (ETFs), yaitu instrumen investasi emas yang diperdagangkan di bursa. Pada kuartal II–2024, reksadana ini masih mencatat arus keluar (outflow) sebesar -7,1 ton, namun berbalik menjadi arus masuk (inflow) yang masif sebesar 170,5 ton di kuartal II–2025.

Tren positif ini terus berlanjut hingga kuartal III–2025. Permintaan ETF emas global secara year-to-date (Januari–September 2025) mencapai 618,8 ton dengan global inflows – mengindikasikan pemintaan yang tumbuh positif sebesar 37,6%. 

Mengutip laporan World Gold Council periode kuartal III–2025 (7/10/2025), reksadana ETF berbasis emas, khususnya di Eropa, mencatat arus masuk selama lima bulan berturut-turut, bertambah US$ 4,4 miliar di bulan September (bulan terkuat ketiga di Eropa).

Sementara itu, Asia mencatatkan arus masuk ETF emas positif sebesar US$ 2,1 miliar di bulan September, mengakhiri kuartal dengan hasil positif. India memimpin wilayah Asia dengan arus masuk US$ 902 juta, lantaran dukungan mata uang lokal dan permintaan safe haven di tengah pelemahan ekuitas domestik serta risiko geopolitik di wilayah tersebut.

Tiongkok (US$ 622 juta) dan Jepang (US$ 415 juta) juga menjadi kontributor besar. Maklum, harga emas pun menguat dalam mata uang lokal negara tersebut. 

Pergerakan harga yang mencetak rekor sejak 5 tahun terakhir ini menegaskan bahwa emas saat ini berada dalam periode permintaan yang sangat sehat, didorong oleh sentimen investor yang membutuhkan rasa aman di tengah ketidakpastian ekonomi global.