Lagi, Sektor Manufaktur Salip Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Sektor manufaktur kembali menjadi motor utama penggerak perekonomian Indonesia baik untuk pasar domestik maupun ekspor.

Lagi, Sektor Manufaktur Salip Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kedua kanan) melhat produk alas kaki lokal saat peresmian Gedung Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (4/11/2025). (ANTARA FOTO/Umarul Faruq/YU)
Table of Contents

Kementerian Perindustrian pada Kamis (6/11/2025) melaporkan sektor manufaktur kembali menjadi motor utama penggerak perekonomian Indonesia baik untuk pasar domestik maupun ekspor.

Pada triwulan III tahun 2025, manufaktur tumbuh sebesar 5,58 persen (year on year), kembali lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04 persen (year on year).

Sebelumnya, pada kuartal II 2025, pertumbuhan manufaktur 5,60 persen (y on y) dan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12 persen (y on y). 

“Manufaktur kembali menjadi penggerak utama perekonomian nasional pada kuartal III 2025 yang ditunjukkan oleh kontribusi terhadap PDB nasional dan juga terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya yang diterima SUAR di Jakarta (6/11).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi manufaktur terhadap PDB nasional naik sebesar 0,47 persen dari 16,92 persen menjadi 17,39 persen pada kuartal III 2025.

Sedangkan, kontribusi  manufaktur terhadap sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan kontribusi sebesar 1,13 persen (y-on-y).

"Artinya, sektor ini tetap menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional yang memberikan nilai tambah besar, menyerap tenaga kerja, dan memperkuat struktur ekonomi nasional," kata Agus.

Sub Sektor Industri

Agus menambahkan Pertumbuhan manufaktur pada triwulan III-2025 ditopang oleh meningkatnya permintaan baik dari pasar domestik maupun luar negeri. Sejumlah subsektor industri bahkan menunjukkan pertumbuhan signifikan.

 Industri makanan dan minuman tumbuh 6,49 persen, terutama didorong oleh peningkatan produksi Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunannya. Sementara itu, industri logam dasar mencatat lonjakan pertumbuhan hingga 18,62 persen, sejalan dengan meningkatnya permintaan ekspor untuk produk logam dasar, khususnya besi dan baja.

 Selanjutnya, industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh sebesar 11,65 persen, didorong oleh kenaikan produksi bahan kimia dan barang kimia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor.

 Begitu juga dengan subsektor industri mesin dan perlengkapan serta subsektor industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan juga mengalami pertumbuhan berturut-turut sebesar 11,74 persen dan 16,30 persen.

 “Pertumbuhan yang solid di berbagai subsektor ini menunjukkan bahwa strategi pemerintah dalam mendorong industrialisasi sumber daya alam, perlindungan pasar domestik dari gempuran banjir produk impor, penguatan teknologi produksi, pengembangan tenaga kerja industri dan memperkuat ekosistem rantai pasok nasional telah berjalan efektif. Ke depan, kami akan terus memperkuat kebijakan yang berbasis peningkatan produktivitas dan daya saing industri,” ujar dia.

 Menurut Agus, Kementerian Perindustrian terus berkomitmen untuk menjaga momentum positif ini melalui berbagai program, termasuk Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN), pengoptimalan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), pengembangan industri halal, transformasi industri hijau serta dukungan pada investasi berorientasi ekspor dan inovasi teknologi hijau.

Industri Mamin

Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman mengatakan industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia.Sektor ini menyumbang 7% terhadap PDB nasional atau sekitar 40% PDB industri pengolahan nonmigas.

“Tingginya pertumbuhan sektor manufaktur tidak terlepas dari peran industri mamin,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (6/11).

Pekerja membuat adonan untuk kerupuk mie di rumah produksi kerupuk mie, Cimaung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (21/10/2025). (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa)

Pada semester I/2025, industri mamin tumbuh 6,15%,melampaui target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12%. Meski demikian, daya saing dan ketergantungan bahan baku impor masih menjadi tantangan.

Kemasan sangat penting untuk industri makanan dan minuman, tidak hanya untuk produk kemasan, tapi juga distribusi dan berkomunikasi dengan konsumen.

Tantangan utama industri mamin tetap pada bahan baku yang masih impor, Indonesia masih sangat bergantung pada impor untuk beberapa bahan baku seperti susu dan kakao, yang membuat industri rentan terhadap pelemahan nilai tukar mata uang.

Untuk solusi bahan baku ini diperlukan koordinasi antara pelaku usaha dan pemerintah bagaimana caranya membangun substitusi impor.

Industri Otomotif

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan  industri otomotif masih menjadi penopang signifikan bagi PDB Indonesia karena kontribusinya yang besar pada ekonomi nasional, baik melalui produksi dalam negeri maupun ekspor, dan juga karena keterkaitannya dengan berbagai sektor UMKM. 

Pengunjung mengamati mobil yang sudah dimodifikasi yang hadir di ajang pameran Indonesia Modification and Lifestyle Expo (IMX) 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (10/10/2025). (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/nz)

Sektor ini merupakan salah satu dari lima sektor manufaktur andalan yang dinilai memiliki peran besar dalam menggerakkan perekonomian Indonesia. 

“Industri otomotif masuk dalam lima sektor manufaktur utama yang menjadi andalan pertumbuhan ekonomi nasional, bersama dengan industri makanan dan minuman, tekstil, petrokimia, dan elektronika,” ujar dia kepada SUAR di Jakarta (6/11).

Pengamat Ekonomi Indef Eko Listiyanto mengatakan diperlukan beberapa Kebijakan untuk mendorong sektor manufaktur diantaranya peningkatan infrastruktur seperti kawasan industri dan logistik, insentif fiskal seperti diskon pajak dan subsidi, 

Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan dan pemagangan, inovasi teknologi seperti industri 4.0 serta penguatan pasar dalam negeri melalui optimalisasi TKDN dan perlindungan dari persaingan tidak sehat. 

“ Jika semua kebijakan tersebut direalisasikan dengan baik maka sektor manufaktur akan semakin tumbuh,” ujar dia kepada SUAR.