Di tengah kondisi perekonomian yang penuh dengan gejolak dan ketidakpastian, penurunan BI-Rate memberi angin segar untuk dunia usaha.
Ini merupakan penurunan suku bunga acuan yang ketiga kalinya sepanjang tahun ini, diikuti dengan penurunan suku bunga fasilitas pinjaman. Lapangan usaha perdagangan masih menjadi sektor yang paling banyak mendapat kucuran kredit.
Hingga Maret 2025, data Bank Indonesia menunjukkan total pinjaman yang disalurkan oleh bank umum dan BPR mencapai Rp 7.818.235 miliar. Pinjaman yang dialokasikan untuk sektor usaha produktif (lapangan usaha) juga terus menunjukkan peningkatan, yakni mencapai Rp 5.581.160 miliar atau 71% dari total kredit.
Lapangan usaha yang paling banyak mendapat kucuran kredit hingga Maret 2025 adalah perdagangan, yakni 1.206,9 triliun atau 21,6 persen dari total kredit berdasarkan lapangan usaha. Secara nominal, kredit ke sektor perdagangan ini tumbuh rata-rata 3,5% per tahun (selama periode 2019-2024). Namun, porsinya cenderung menurun dari 25% (2019) menjadi 21,7% (2024).
Porsi terbesar kredit yang mengalir ke usaha perdagangan ini tak lepas dari struktur perekonomian kita yang ditopang oleh sektor ini, yakni sekitar 13% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Artinya, 13 persen dari total PDB merupakan kontribusi dari lapangan usaha perdagangan.
Porsi ini adalah kedua terbesar setelah sektor industri pengolahan yang menyumbang 19% terhadap PDB. Sementara kredit yang mengucur ke sektor industri pengolahan sebanyak 21%, lebih sedikit ketimbang yang mengucur ke sektor perdagangan.
Penurunan suku bunga acuan diharapkan dapat menggerakkan usaha melalui penyaluran kredit. Tidak saja kredit bagi lapangan usaha perdagangan dan industri pengolahan, tetapi juga ke usaha pertanian (porsi terbesar ketiga penyaluran kredit) yang banyak menyerap tenaga kerja.