Konsumsi Rumah Tangga Stabil, Perilaku Konsumen Beralih

Konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar Indonesia hingga saat ini. Namun, data triwulan II-2025 menunjukkan perubahan pola konsumsi di mana konsumsi makanan-minuman meningkat, sementara konsumsi pakaian dan alas kaki menurun.

Konsumsi Rumah Tangga Stabil, Perilaku Konsumen Beralih

Konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar Indonesia hingga saat ini. Apalagi bila ada momen hari raya dan mobilitas masyarakat saat libur panjang.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih konsisten atau stabil di kisaran 4,9% sejak tahun 2024. Pada triwulan II–2025, konsumsi rumah tangga sebesar 4,97% (tahunan), sedikit naik dibandingkan dengan triwulan I–2025 yang di angka 4,95%. Adapun pertumbuhan yang tertinggi pernah terjadi pada triwulan III–2021, saat pasca-pandemi, di angka 5,96%.

Jika dilihat per jenisnya, komponen konsumsi yang mengalami kenaikan pada triwulan II-2025 lalu, antara lain, makanan dan minuman, kesehatan dan pendidikan, transportasi dan komunikasi, serta konsumsi di restoran dan hotel.

Berdasarkan keterangan BPS, pertumbuhan konsumsi makanan dan minuman sebesar 4,15% itu lantaran aktivitas pariwisata selama periode libur hari besar keagamaan (Idul Fitri, Waisak, Kenaikan Yesus Kristus, Idul Adha) serta periode liburan sekolah. Nah, mobilitas masyarakat yang meningkat selama masa liburan tersebut telah mendorong peningkatan konsumsi transportasi dan komunikasi (tumbuh 6,48%) serta konsumsi restoran dan hotel (tumbuh 6,77%).

Konsumsi yang terkait kesehatan dan pendidikan juga meningkat. Yakni, tumbuh 4,16%.

Yang menarik, data triwulan II–2025 menunjukkan pola konsumsi berubah. Ada dua kelompok pengeluaran yang menurun. Yakni, konsumsi pakaian dan alas kaki serta konsumsi perumahan dan perlengkapan rumah tangga.

Konsumsi pakaian dan alas kaki menurun dari sebelumnya tumbuh 6,86% (triwulan I) menjadi hanya tumbuh 2,91% (triwulan II). Adapun konsumsi perumahan dan perlengkapan rumah tangga turun dari 5,06% menjadi 4,34%.

Meningkatnya konsumsi makanan dan minuman, sementara konsumsi pakaian dan alas kaki menurun, ini bisa menjelaskan dua hal. Pertama, konsumsi bahan makanan yang tergolong primer masih menjadi prioritas ketimbang konsumsi barang yang tergolong kebutuhan sekunder, seperti pakaian dan alas kaki.

Kedua, pola tersebut juga menjelaskan perihal fenomena Rohana (rombongan hanya nanya) dan Rojali (rombongan jarang beli) yang ramai belakangan ini. Fenomena di mana konsumen lebih memprioritaskan kebutuhan makan dan minum saat pergi ke pusat belanja atau mal ketimbang barang-barang sekunder.

Perilaku konsumen ini bisa menjadi pertimbangan bagi pelaku dunia usaha dalam memilih strategi pengembangan usaha yang tepat.