Di tengah ekonomi yang ketidakpastian dan dalam tren perlambatan, sejumlah bank nasional masih mencatat pertumbuhan bisnis. Dengan performa yang solid secara fundamental, laporan keuangan bank-bank tersebut menjadi indikator efisiensi operasional demi memaksimalkan momentum pertumbuhan ekonomi.
Dalam jumpa pers paparan kinerja keuangan, Senin (27/10/2025), Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Novita Widya Anggraini menjelaskan, sampai September 2025, penyaluran kredit Bank Mandiri tercatat bertumbuh 11,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Year on year/YoY) dengan nilai mencapai Rp1.764,32 triliun.
Secara rinci, kredit wholesale tumbuh 14,7% YoY menjadi Rp982 triliun dan kredit ritel tumbuh 4,56% YoY menjadi sebesar Rp403 triliun.
Pertumbuhan kredit yang tinggi itu diimbangi dengan kualitas manajemen risiko kredit. Hal ini tercermin dari tingkat kredit macet (Non Performing Loan/NPL) Bank Mandiri di triwulan ketiga tahun ini pada posisi 2,54%. Risiko terjaga dengan rasio pencadangan atau coverage ratio tetap terjaga baik pada level 271 persen.
Kinerja intermediasi juga terjaga yang tercermin pada pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp1.884,18 triliun, naik 12,3%.
Walau kredit terus bertumbuh, namun laba bersih Bank Mandiri pada triwulan ketiga 2025 terkoreksi 10,14% YoY menjadi Rp37,75 triliun.
Namun, aset Bank Mandiri mencatat kenaikan aset 10,3% YoY menjadi Rp2.563 triliun
"Kinerja Bank Mandiri secara fundamental solid. Kami berkomitmen untuk menjaga pertumbuhan tetap balance dengan kualitas, dan setiap langkah ekspansi dijalankan secara terukur," ujar Novita.
Read also:

Sebelumnya, Bank BUMN lainnya yakni BNI juga mencatat pertumbuhan bisnis. Dalam paparan kinerja keuangan triwulan III-2025 pada Jumat (24/10/2025),
Hingga akhir September 2025, total penyaluran kredit BNI mengalami pertumbuhan 10,5% YoY menjadi Rp812,2 triliun. Pertumbuhan kredit konsumsi melalui pinjaman pribadi, pembiayaan KPR, dan kartu kredit berkontribusi pada performa ini.
Pertumbuhan kredit diimbangi dengan kualitas kredit yang terjaga NPL sebesar 2,0% dan rasio cakupan kredit bermasalah (NPL Coverage Ratio) sebesar 222,7%.
Dengan laba bersih tercatat Rp15,12 triliun, profitabilitas BNI turut ditopang pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 21,4% YoY menjadi Rp934,3 triliun.
Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setiawan mengungkapkan keberhasilan BNI memperkuat kualitas portofolio dan disiplin dalam efisiensi pendanaan merupakan dua kunci BNI tetap tangguh dalam volatilitas sambil mempertahankan keseimbangan pertumbuhan bisnis.
Pada Kuartal-III 2025, Capital Adequacy Ratio (CAR) BNI tercatat 21,1% dan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) tercatat 86,9%. Sementara itu, Liquidity Coverage Ratio (LCR) memiliki nilai aman 167,4%, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) sebesar 142,1%.
"Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan BNI untuk tetap adaptif dalam menghadapi tantangan, sambil terus mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan," ujar Putrama dalam keterangan tertulis yang diterima SUAR, Jumat (24/10/2025).
BNI mencatat pertumbuhan fee-based income yang berasal dari transaksi digital mencapai 11% YoY, ditandai dengan lonjakan pengguna aplikasi Wondr by BNI dari 2,8 juta pengguna pada September 2024 menjadi 10,5 juta pengguna pada September 2025 dengan volume transaksi mencapai 866 juta dengan nilai Rp783 triliun.
"Strategi digital transaction banking yang agresif mendorong pertumbuhan CASA yang lebih berkelanjutan dan fee-based income yang konsisten. Ke depan, BNI akan terus memperkuat fundamental bisnis, memperluas ekosistem digital, dan menjadi motor penggerak keuangan berkelanjutan di Indonesia," pungkas Putrama.
Selain kedua bank Himbara, bank swasta nasional juga mencatat capaian cemerlang di Kuartal-III 2025. Dalam paparan kinerja 9 bulan 2025, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Hendra Lembong mengumumkan keberhasilan BCA membukukan pertumbuhan kredit 7,6% YoY menjadi Rp944 triliun, dengan total DPK naik 7,0% YoY dan pertumbuhan laba bersih 5,7% YoY menjadi Rp43,4 triliun.
Dari pertumbuhan tersebut, kredit korporasi menyumbang pertumbuhan tertinggi dibandingkan segmen lain, yakni 10,4% YoY mencapai Rp436,9 triliun per September 2025, diikuti kredit UKM tumbuh 7,7% YoY menjadi Rp129,3 triliun, kredit komersial tumbuh 5,7% YoY menjadi Rp142,9 triliun, dan kredit konsumber tumbuh 3,3% YoY menjadi Rp223,6 triliun.
"Kualitas pinjaman BCA tetap terjaga, terlihat dari rasio loan at risk (LAR) 5,5% pada Kuartal-III 2025, membaik dari 6,1% tahun sebelumnya. Rasio NPL terkendali di level 2,1%, dengan pencadangan memadai, masing-masing 166,6% dan 69,5%," ujar Hendra dalam pernyataan tertulis yang diterima SUAR, Senin (27/10/2025).
Dari sisi pendanaan, CASA tetap menjadi kontributor utama pendanaan BCA dengan nilai sekitar 83,8% dari total DPK sebesar Rp1.190,66 triliun. Pertumbuhan CASA sebesar 9,1% YoY menjadi Rp999 triliun terjadi selaras dengan kenaikan total frekuensi transaksi BCA sebesar 78% dalam tiga tahun terakhir. Guna meningkatkan volume tersebut, BCA siap mendukung penggunaan QRIS lintas batas negara dan menyempurnakan fitur-fitur aplikasi myBCA.
"BCA berkomitmen untuk menghadirkan keragaman fitur serta layanan baru sebagai wujud komitmen kami untuk terus menghadirkan inovasi serta memperluas cakupan produk dan servis sesuai kebutuhan nasabah," pungkas Herman.
Operasional bank efisien
Kinerja solid BNI, Bank Mandiri, dan BCA akurat dengan temuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Laporan Surveillance Perbankan Indonesia (LSPI) yang menunjukkan fungsi intermediasi berjalan positif seiring peningkatan penyaluran kredit dan penghimpunan dana masyarakat yang kuat.
Laporan OJK yang terbit pada pekan kedua Oktober 2025 tersebut mengungkapkan, industri perbankan nasional menunjukkan perbaikan kualitas aset dengan penurunan risiko kredit, bersamaan dengan kondisi likuiditas yang memadai, permodalan yang tinggi, dan kenaikan laba yang mendukung CAR terjaga sebesar 26,03%.
"Bank diharapkan selalu fokus sebagai lembaga intermediasi, menjaga profesionalisme dan kepercayaan masyarakat, serta mengedepankan prudential banking, inovasi, dan selalu menjaga integritas sehingga mencapai pertumbuhan yang tinggi, sehat, dan berkelanjutan," ucap Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Dian Ediana Rae dalam keterangan tertulis yang diterima SUAR, Senin (27/10/2025).
Selain membuktikan ketangguhan bank di tengah dinamika ekonomi domestik dan mancanegara, kinerja solid juga menggambarkan stimulus fiskal yang diberikan pemerintah.
Meski demikian, Kepala Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengingatkan, kinerja positif bank masih terlalu dini untuk dibaca sebagai sinyal bahwa ekonomi sedang membaik.
"Kalau kita lihat situasi sekarang, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi perbankan kita ke depannya. Mengapa bank tersebut mencatat pertumbuhan yang baik, karena mereka berhasil menjaga efisiensi operasional yang penting untuk momentum pertumbuhan kinerja keuangan bank," ucap Trioksa kepada SUAR, Senin (27/10/2025).
Ke depan, Trioksa menjelaskan, apabila kinerja positif bank tersebut dapat mempertahankan efisiensi operasional dengan baik, likuiditas terjaga, dan biaya dana yang murah, ketiganya akan menjadi modal penting untuk mencatatkan pertumbuhan ke depannya.
"Faktor untuk pertumbuhan memang melibatkan berbagai hal di luar bank, terutama karena tidak semua bank mencatatkan pertumbuhan seperti itu, sebab ada juga bank yang mencatatkan penurunan karena satu dan lain hal," tandasnya.