Keunikan Produk, Kunci Bisnis Waralaba Bertahan

Kunci agar bisnis waralaba (franchise) bisa bertahan di tengah persaingan ketat adalah keunikan produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Keunikan dibutuhkan agar sebuah produk memiliki identitas yang kuat sehingga berbeda dari yang sudah beredar di pasar.

Keunikan Produk, Kunci Bisnis Waralaba Bertahan
Sejumlah pekerja menyiapkan produk waralaba saat pembukaan International Franchise, License, and Business Concept Expo & Conference (IFRA) Business Expo 2025 di Jakarta Internasional Convention Center (JICC), Jumat (29/8/2025). ANTARA FOTO/Naufal Khoirulloh/hma/rwa.

Kunci bisnis waralaba (franchise) bisa bertahan di tengah persaingan ketat adalah keunikan produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Keunikan dibutuhkan agar sebuah produk memiliki identitas yang kuat sehingga berbeda dari yang sudah beredar di pasar.

Hal itu dinyatakan Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar dalam pembukaan the 24th International Franchise License and Business Concept Expo (IFRA) 2025 di Jakarta, Jumat, (29/8/2025)

Anang mengatakan, pertumbuhan bisnis waralaba di Indonesia selalu stabil, lantaran sifat konsumtif masyarakat Indonesia yang selalu ingin mencoba produk baru.

Selain keunikan pada produk, bisnis waralaba juga harus memperhatikan standardisasi dan manajemen. Standardisasi penting untuk menjaga kualitas di setiap cabang. Sementara itu, manajemen yang baik meliputi perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan.

“Keunikan, manajemen dan standardisasi menjadi dasar utama agar bisnis waralaba bisa bersaing,” ujar Anang.

“Keunikan, manajemen dan standardisasi menjadi dasar utama agar bisnis waralaba bisa bersaing,” ujar Anang.

Dalam kesempatan itu, Menteri Perdagangan Budi Santoso mengajak generasi muda terjun ke bisnis waralaba, karena prospek bisnis ini sangat menjanjikan. Pengembangan kewirausahaan melalui waralaba adalah salah satu pilar utama dalam memperkuat ekonomi nasional.

Menurutnya, waralaba merupakan model usaha yang mampu mempercepat pertumbuhan wirausaha baru di Indonesia karena sistem yang sudah teruji.

Rasio kewirausahaan Indonesia saat ini baru mencapai 3,1% dari total angkatan kerja. Untuk menjadi negara maju, diperlukan rasio 10%–12%. 

Budi juga menekankan pentingnya memperkuat merek lokal agar waralaba dalam negeri tidak kalah saing dengan waralaba asing. Untuk itu, ia mengajak pelaku usaha waralaba untuk menguasai pasar domestik dan berani menembus pasar global. 

Menteri Perdagangan Budi Santoso (kanan) mendengarkan penjelasan peserta pameran saat pembukaan International Franchise, License, and Business Concept Expo & Conference (IFRA) Business Expo 2025 di Jakarta Internasional Convention Center (JICC), Jumat (29/8/2025). Pameran waralaba dan lisensi yang menghadirkan lebih dari 300 merek itu bertujuan untuk memperluas eksposur serta membangun koneksi dengan pasar potensial di pusat bisnis Indonesia. ANTARA FOTO/Naufal Khoirulloh/hma/rwa.

Pemerintah, menurut Budi, siap mendukung melalui jejaring perdagangan luar negeri yang terdiri atas atase perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di berbagai negara.

“Melalui waralaba, pelaku usaha baru lebih mudah memulai bisnis karena sudah tersedia standar, dukungan manajemen, dan jaringan. Kami mengajak generasi muda untuk berani berwirausaha dan membangun merek waralaba Indonesia agar bisa bersaing di pasar global,” ujar dia.

Pada 2024, sektor waralaba terbukti berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional dengan menyerap hampir 98.000 tenaga kerja, mencatatkan omzet Rp 143,25 triliun, dan mengelola lebih dari 48.000 gerai di seluruh Indonesia. Capaian ini menunjukkan potensi besar industri waralaba dalam mendorong kewirausahaan, memperkuat pasar domestik, sekaligus memperluas akses ekspor produk Indonesia.

Maju karena binaan

Salah satu waralaba binaan Kemendag yang ikut serta dalam IFRA 2025 adalah Digikidz. Perwakilan Digikidz, Rizky Aulia Suhada, mengapresiasi Kemendag yang telah memberikan Sertifikat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW). Ia menilai, sertifikat tersebut menjadi nilai tambah penting bagi perusahaannya dalam membangun kepercayaan calon mitra bisnis. 

Rizky berharap, Kemendag terus memperbanyak pembinaan terhadap merek-merek lokal serta menghadirkan lebih banyak program yang bermanfaat bagi pelaku bisnis waralaba.

Digikidz merupakan franchise yang bergerak di bidang pendidikan, lembaga pendidikan non-formal yang menyediakan pelatihan komputer dan teknologi untuk anak-anak dengan pendekatan yang fun dan kreatif. Program yang ditawarkan mulai dari animasi, game design, programming dasar, hingga multimedia.

Dengan tagline “Learning Digital the Fun Way”, waralaba ini hadir di banyak kota besar di Indonesia dan menjadi pelopor pendidikan teknologi bagi anak usia dini. Keunikan waralaba ini terletak pada pendekatan fun learning yang menyenangkan dan inovatif dalam mengajarkan teknologi dan kreativitas kepada anak-anak.

Target utama Digikidz adalah anak-anak usia 3 tahun hingga 15 tahun dan para orang tua milenial yang ingin anak-anaknya memiliki keterampilan abad 21.

Digikidz menawarkan biaya franchise awal mulai dari Rp 75 juta sampai dengan Rp 150 juta, peralatan dan software termasuk ke dalam paket, pelatihan dan SOP disediakan oleh pusat. Estimasi balik modal kurang lebih 12 bulan sampai 18 bulan, royalti tergantung dari jumlah siswa.

Alasan mengapa franchise Digikidz Indonesia sangat potensial adalah pasar pendidikan anak terbuka luas, tidak musiman, dukungan franchise lengkap, dan kebutuhan teknologi terus meningkat

Sementara itu, pemilik Hydromart, yaitu Agus Ali, yang merek waralabanya juga dibina Kemendag dan ikut serta dalam IFRA 2025, mengapresiasi Kemendag yang telah memberikan STPW.

Menurutnya, sertifikat ini menjadi bukti kredibilitas perusahaan. “Setelah memperoleh STPW, kepercayaan masyarakat dan calon mitra untuk bergabung dengan Hydromat semakin besar. Ini sangat membantu perkembangan bisnis kami,” ungkap Agus.

Hydromart adalah program kemitraan dari Hydromart Utama Indonesia, perusahaan penyedia depot air isi ulang yang terintegrasi dengan sistem filtrasi canggih dan branding modern. Mitra akan memiliki hak untuk membuka Hydromart Water Station yang dilengkapi mesin air reverse osmosis (RO), etalase galon, alat pengisian otomatis, dan dukungan operasional dari pusat.

Dengan sistem “turnkey business”, franchisee tinggal menyiapkan lokasi, memilih paket, dan menjalankan usaha dengan panduan serta fasilitas yang disiapkan penuh oleh tim pusat.

Konsep usaha waralaba Hydromart adalah menyediakan air minum berkualitas RO, mineral, dan heksagonal. Menggunakan sistem filtrasi dan UV sterilizer, outlet dilengkapi branding profesional dan booth modern. Layanannya refill langsung di lokasi atau antar ke rumah.

Waralaba yang bisa dijalankan di rumah, ruko, atau area pemukiman padat ini menawarkan biaya investasi mulai dari Rp 75 juta–Rp 130 juta, tergantung dari kapasitas mesin (100–400 GPD) dan kelengkapan fasilitas. Sistem ini tidak mematok royalti bulanan, sehingga seluruh hasil usaha sepenuhnya menjadi milik franchisee.

Read more