Banyak orang yang sudah paham mengenai diabetes. Tapi, mitos seputar penyakit ini masih terus beredar.
Dan celakanya, mitos-mitos yang beredar tersebut dapat membuat diabetes lebih sulit dikelola. Sebutlah memicu rasa malu, stigma, dan pada akhirnya, hasil kesehatan kian memburuk.
Jadi, mari kita luruskan. Berbekal wawasan dari ahli gizi diabetes, artikel yang diunggah eatingwell.com ini mengupas lima mitos terbesar tentang diabetes yang sebaiknya tidak lagi dipercaya, serta apa yang seharusnya Anda lakukan.
Mitos 1: Makan gula menyebabkan diabetes
Meskipun sering dianggap buruk, gula bukan penyebab utama diabetes. Faktanya, diabetes tipe 1 dan tipe 2 memiliki penyebab yang sama sekali berbeda.
Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun di mana sistem kekebalan menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas, sehingga produksi insulin sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Sementara, diabetes tipe 2 lebih kompleks dan biasanya disebabkan oleh kombinasi faktor seperti genetik, resistensi insulin, komposisi tubuh, serta kebiasaan gaya hidup seperti pola makan dan kurangnya aktivitas fisik.
“Diabetes tipe 2 tidak memiliki satu penyebab tunggal, apalagi hanya gula. Pola makan tinggi makanan ultra-proses, yang sering mengandung tambahan gula, lemak, dan karbohidrat olahan, telah dikaitkan dengan resistensi insulin dan gangguan regulasi glukosa,” kata Ina Flores, M.S., RD, CDCES.
Meskipun konsumsi gula berlebihan dapat berperan dalam perkembangan diabetes tipe 2, itu bukan penyebab langsung. “Ini bukan tentang satu makanan atau bahan tertentu, melainkan pola makan secara keseluruhan dan kesehatan metabolik,” jelas Flores.
Mitos 2: Penderita diabetes tidak boleh makan karbohidrat
Kesalahpahaman umum adalah bahwa penderita diabetes harus menghindari karbohidrat sama sekali. Padahal, semua jenis karbohidrat bisa masuk dalam diet ramah diabetes—dengan panduan yang tepat.
Karbohidrat kaya serat seperti kacang-kacangan, biji-bijian utuh, buah, dan sayuran adalah pilihan yang sangat baik karena dicerna lebih lambat, membantu mengontrol gula darah, dan menyediakan vitamin serta mineral penting untuk manajemen diabetes.
Selain itu, penting juga memperhatikan kombinasi makanan. “Menggabungkan karbohidrat dengan protein, lemak, atau serat – seperti buah dengan kacang atau biskuit dengan keju – dapat memperlambat pencernaan dan menjaga gula darah lebih stabil,” ujar Tamar Samuels, M.S., RD, CDN.
Tentu saja, untuk beberapa orang mungkin perlu memantau asupan karbohidrat mereka dan menghindari konsumsi berlebihan dalam satu waktu. Untuk itu perlu juga bekerja sama dengan ahli gizi atau spesialis diabetes agar membantu Anda memahami respons gula darah terhadap jenis dan jumlah karbohidrat yang berbeda.
Mitos 3: Memakai insulin berarti Anda gagal
Beberapa orang dapat mengelola diabetes tipe 2 hanya dengan perubahan gaya hidup. Namun, itu tidak mungkin berlaku bagi semua orang. Diabetes adalah penyakit kronis yang progresif. Artinya, rencana perawatan bisa berubah seiring waktu.
Insulin adalah hormon yang memungkinkan gula darah masuk ke sel. Dan pada diabetes tipe 2, kemampuan tubuh untuk memproduksinya bisa menurun—bahkan dengan kebiasaan sehat.
Ketika insulin tidak cukup, gula darah menumpuk dan dapat merusak tubuh. Menggunakan insulin bisa menjadi alat penyelamat hidup untuk menjaga keseimbangan gula darah. Jadi, bukan tanda kegagalan.
Bagi penderita diabetes tipe 1, insulin sangat penting untuk bertahan hidup karena pankreas mereka tidak lagi memproduksinya, terlepas dari gaya hidup.
“Memulai terapi insulin bukan berarti menyerah atau gagal, melainkan memberi tubuh apa yang dibutuhkannya,” kata Flores. “Ini adalah terapi yang kuat dan menyelamatkan nyawa.”
“Memulai terapi insulin bukan berarti menyerah atau gagal, melainkan memberi tubuh apa yang dibutuhkannya,” kata Flores.
Mitos 4: Jika indeks massa tubuh normal, diabetes tak akan menyerang Anda
Banyak orang salah mengira bahwa Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index (BMI) adalah ukuran kesehatan yang andal. Padahal, BMI tidak membedakan antara otot dan lemak atau memperhitungkan faktor lain seperti genetik, etnis, lingkungan, usia, dan stres.
Misalnya, seseorang dengan BMI "obesitas" mungkin memiliki komposisi tubuh sehat dengan massa otot tinggi dan lemak rendah. Sementara, seseorang dengan BMI "normal" bisa saja memiliki kelebihan lemak dan otot rendah—yang justru meningkatkan risiko masalah kesehatan.
Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa lemak perut (central adiposity) adalah prediktor risiko diabetes yang lebih kuat daripada BMI. Namun, orang dengan BMI rendah atau "normal" pun bisa terkena diabetes tipe 2.
“Salah jika berasumsi bahwa orang dengan BMI normal terlindungi dari diabetes tipe 2. Kita perlu mengenali faktor risiko lain seperti gangguan gula darah dan resistensi insulin agar tidak terjadi kesalahan diagnosis,” kata Meredith Rofheart, M.S., RD, CDN.
Mitos 5: Diabetes bisa disembuhkan
Saat ini belum ada obat untuk diabetes, walaupun mudah-mudahan suatu hari nanti ada. Tapi remisi (pengurangan) mungkin tercapai. Artinya, Anda bisa mengontrol gula darah tanpa obat.
“Remisi mungkin terjadi pada beberapa penderita diabetes tipe 2, terutama setelah penurunan berat badan signifikan dan intervensi dini, tapi ini bukan kesembuhan,” jelas Flores.
Remisi (pengurangan) mungkin tercapai. Artinya, Anda bisa mengontrol gula darah tanpa obat.
“Mempertahankan remisi membutuhkan perubahan gaya hidup berkelanjutan, pemeriksaan medis rutin, dan dukungan. Kenaikan berat badan atau penurunan fungsi sel beta bisa menyebabkan kambuh, jadi dukungan jangka panjang sangat penting,” lanjutnya.
Sementara itu, meski ada kemajuan dalam pengobatan diabetes tipe 1, kondisi ini tetap tidak dapat disembuhkan dan memerlukan perawatan medis terus-menerus.
Inilah yang harus dipercaya
Di balik mitos-mitos tersebut, banyak kebiasaan gaya hidup yang bisa membantu mengelola diabetes secara efektif:
- Seimbangkan piring makan: Gabungkan protein, lemak sehat, dan karbohidrat kaya serat untuk menstabilkan gula darah.
- Lebih banyak bergerak: Aktivitas fisik seperti latihan kekuatan, kardio, olahraga, atau berjalan kaki membantu mengontrol gula darah. Kurangi juga duduk terlalu lama.
- Perhatikan porsi: Mengontrol porsi makan membantu mengelola asupan karbohidrat dan kalori. Pedoman mudahnya: setengah piring sayuran non-tepung, seperempat karbohidrat kompleks, dan seperempat protein rendah lemak.
- Skrining dini: Jika ada riwayat diabetes dalam keluarga atau faktor risiko lain, konsultasikan dengan dokter. Deteksi dini membantu mencegah atau menunda komplikasi.
- Bekerja sama dengan profesional: Ahli gizi atau spesialis diabetes dapat membantu membuat rencana yang sesuai dengan gaya hidup dan kebutuhan Anda.
Pandangan ahli
Mitos tentang diabetes tidak hanya salah, tetapi juga berbahaya. Mereka bisa menjebak orang dalam ketakutan, rasa malu, dan kebingungan. Sehingga, seringkali menunda perawatan yang efektif.
Namun, inilah kebenarannya: manajemen diabetes bukan tentang kesempurnaan atau hukuman. Ini tentang memahami tantangan yang dihadapi, membantu mengatasi kesulitan emosional, dan membekali diri dengan pengetahuan serta keterampilan untuk perawatan mandiri.
Ini tentang memahami tantangan yang dihadapi, membantu mengatasi kesulitan emosional, dan membekali diri dengan pengetahuan serta keterampilan untuk perawatan mandiri.
Baik Anda ingin mencegah, mengelola, atau sekadar memahami diabetes lebih baik, mengganti mitos dengan fakta bisa membuat semua perbedaan.
Sumber: EatingWell