Indeks Harga Perdagangan Besar Terus Naik Bayangi Inflasi

Sejak awal tahun, Indeks Harga Perdagangan Besar konsisten naik hingga September. Kenaikan harga di tingkat hulu ini mengonfirmasi adanya peningkatan biaya produksi dan distribusi. Jika terus berlanjut akan berdampak pada inflasi.

Indeks Harga Perdagangan Besar Terus Naik Bayangi Inflasi

Sejak awal tahun ini, indikator harga perdagangan yang dilihat melalui Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) konsisten meningkat hingga September 2025. Indikator yang mengukur dinamika harga perdagangan besar atau grosir ini turut berdampak pada harga perdagangan eceran yang langsung dirasakan konsumen. 

IHPB yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur perubahan harga di tingkat produsen atau grosir. Perdagangan besar mencakup komoditas sektor industri, pertambangan dan penggalian, pertanian, kelompok komoditas ekspor maupun impor yang diperdagangkan dengan partai atau volume besar bagi produsen barang olahan, pedagang eceran, hingga eksportir maupun importir.

Hingga September 2025, terlihat adanya tren kenaikan IHPB secara konsisten sejak awal tahun ini. Kenaikan harga di tingkat hulu ini menunjukkan adanya peningkatan biaya produksi dan distribusi, yang memerlukan perhatian serius karena bisa memengaruhi inflasi.

Tren kenaikan IHPB tahun 2024 berbeda dengan tahn 2025. IHPB selama tahun 2024 menggunakan tahun dasar 2018=100 yang perkembangannya menunjukkan peningkatan yang konsisten, bergerak dari skor 117,74 pada Januari 2024 hingga mencapai 119,79 pada Desember 2024. Mulai Januari 2025, BPS melakukan pembaruan metodologi dengan menggunakan tahun dasar 2023=100, yang mengakibatkan skor indeks berubah drastis menjadi 103,37 pada Januari 2025.

Angka dasar tersebut mengartikan di Januari 2025 mengalami peningkatan atau inflasi 3,37% dari tahun dasar yaitu 2023 yang disederhanakan sebagai skor 100. Meskipun terjadi perubahan basis, indeks terus menunjukkan kenaikan fluktuatif, mencapai 105,27 pada September 2025, dengan inflasi dari Januari 2025 ke September 2025 sebesar 1,02%.

Kenaikan IHPB pada September 2025 didominasi oleh beberapa sektor utama. Produk hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi penyumbang terbesar terhadap perubahan IHPB (secara m-to-m dan y-on-y). Sektor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan mencatat inflasi tahunan (y-on-y) tertinggi, yaitu 5,74% pada September 2025. Kenaikan harga di sektor pangan ini sering kali disebabkan oleh faktor cuaca, biaya input pertanian, gangguan rantai pasok, hingga dinamika harga internasional. 

Melalui laporan BPS, komoditas yang mengalami peningkatan harga secara tahunan (y-on-y) pada September 2025 yaitu beras, bawang merah, kelapa sawit (TBS), minyak goreng, dan jagung. Sementara itu, komoditas yang mengalami kenaikan harga secara bulanan (m-to-m) yaitu cabai merah, daging ayam ras, ayam pedaging, kelapa sawit (TBS), dan jagung. Laporan IHPB tersebut sejalan dengan laporan inflasi September 2025 yang turut dipengaruhi komoditas cabai (0,19%), bawang merah (0,19&), beras (0,17%), dan daging ayam ras sebagai peyumbang utama inflasi y-on-y.

Untuk menekan melambungnya harga terutama di sektor-sektor yang berkontribusi pada IHPB, pemerintah dan Bank Indonesia telah memperkuat sinergi melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) dengan berpegangan pada kerangka strategi 4K meliputi Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, dan Komunikasi Efektif. 

Strategi yang seringkali digunakan saat melambungnya harga komoditas oleh pemerintah pusat maupun daerah melalui TPIP-TPID berfokus pada pengendalian harga kelompok volatile food atau komoditas pangan rawan bergejolak seperti beras dan cabai. Strategi tersebut diterapkan melalui penguatan ketahanan pangan dan peningkatan produktivitas. Selain itu, Pemerintah aktif melakukan fasilitasi distribusi pangan dan optimalisasi operasi pasar murah untuk menjaga stabilitas harga hingga tingkat pengecer, yang diharapkan dapat meredam efek domino dari kenaikan IHPB.

Meskipun IHPB menunjukkan adanya tekanan harga di tingkat produsen sejak 2024 dan berlanjut hingga September 2025, upaya stabilisasi harga telah dilakukan secara terpadu melalui koordinasi kebijakan fiskal dan moneter. Tantangan utama di masa depan adalah menjaga agar kenaikan IHPB ini tidak sepenuhnya ditransmisikan menjadi inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang lebih tinggi. Konsistensi dalam implementasi strategi 4K, khususnya dalam menjaga pasokan dan kelancaran logistik bahan baku akan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas harga di tingkat perdagangan besar atau grosir guna mendukung fondasi ekonomi yang kuat dan berkelanjutan.