Hilirisasi Dikembangkan di Luar Jawa

Sepanjang tahun 2024, realisasi investasi di bidang hilirisasi, baik PMA maupun PMDN, mencapai Rp 407,8 triliun. Empat provinsi yang menjadi lokasi utama proyek hilirisasi berada di luar Pulau Jawa.

Sepanjang tahun 2024, realisasi investasi di bidang hilirisasi – baik investasi asing maupun dalam negeri – mencapai Rp 407,8 triliun. Empat provinsi yang menjadi lokasi utama proyek hilirisasi berada di luar Pulau Jawa.

Total nilai realisasi investasi hilirisasi sebesar Rp 407,8 triliun itu setara dengan 23,8% dari total nilai investasi tahun 2024. Lokasi realisasinya terbesar dengan nilai Rp 241,8 triliun (59%) berada di luar Pulau Jawa, yakni Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Riau.

Komoditas utama hilirisasi yang dikembangkan di keempat provinsi itu cukup beragam. Di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara prioritas pada komoditas nikel. Di NTB untuk komoditas tembaga, dan di Riau untuk pengembangan produksi minyak sawit mentah atau CPO.

Pola pengembangan hilirisasi ini tampaknya sedikit bergeser di tahun 2025. Di triwulan I–2025, total nilai realisasi investasi hilirisasi tercapai sebanyak Rp 136,3 triliun atau setara dengan 29,3% dari total nilai investasi.

Namun, dari lima lokasi utama, porsi realisasi hilirisasi di provinsi di luar Jawa menyusut, sekitar 36% senilai Rp 48,68 triliun. yang terjadi di dua provinsi: Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Sedangkan porsi hilirisasi yang cukup besar lainnya terdapat di Pulau Jawa, yakni di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten dengan nilai realisasi Rp 31,5 triliun (23%).

Pengembangan investasi hilirisasi di luar Pulau Jawa sesungguhnya bisa dipandang sebagai komitmen kuat pemerintah untuk menciptakan pusat-pusat ekonomi baru di provinsi-provinsi yang kaya dengan sumber daya alam. Daerah yang berkembang perekonomiannya akibat keberadaan proyek hilirisasi akan menyerap tenaga kerja.

Untuk itu, pemerintah harus fokus kembali menarik investor untuk menanamkan modalnya di sektor hilirisasi di luar Pulau Jawa.

Author