Ekosistem E-Commerce Menyulut Konsumsi Milenial dan Gen-Z

Di tengah situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian dan penurunan daya beli masyarakat, perdagangan elektronik atau e-commerce yang merupakan tulang punggung ekonomi digital Indonesia diprediksi akan terus bertumbuh hingga 2030.

Ekosistem E-Commerce Menyulut Konsumsi Milenial dan Gen-Z

Di tengah tren penurunan daya beli masyarakat, perdagangan elektronik atau e-commerce makin mengembang. Bahkan, tulang punggung ekonomi digital ini diprediksi akan terus bertumbuh hingga 2030.

Transformasi digital memang turut mengubah cara masyarakat mengonsumsi barang melalui berbagai layanan perangkat teknologi digital. Berkat kemudahan akses belanja secara digital, tingkat konsumsi masyarakat menjadi terjaga di tengah kelesuan ekonomi.

Yang menarik, meningkatnya belanja e-commerce ini didorong oleh generasi Z dan milenial sebagai pengguna internet terbesar (sekitar 60%) di Indonesia (APJII, 2024).

Ke depan. ekosistem digital yang kuat menjadi kunci untuk meningkatkan konsumsi masyarakat. Guna mendorong milenial dan gen Z lebih aktif berbelanja online, pemerintah dan pelaku bisnis perlu berkolaborasi menciptakan lingkungan pasar yang aman, nyaman, dan inovatif.

Laporan Statista Market Insight menunjukkan bahwa pendapatan di pasar e-commerce Indonesia diproyeksikan mencapai 41,97 miliar dollar AS pada tahun 2025. Nilainya diperkirakan terus tumbuh, dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR 2025–2030) sebesar 7,75%, mencapai 60,95 miliar dollar AS pada tahun 2030. 

Momentum Works juga melaporkan Indonesia sebagai kontributor terbesar perdagangan digital di Asia Tenggara, mencapai 56,5 miliar dollar AS atau Rp 926 triliun pada kurs Rp 16.400 per dollar AS. Nilai tersebut naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 53,8 miliar dollar AS.

Besarnya volume pasar ini menunjukkan besarnya potensi yang bisa digarap. Hasil survei UMN consulting dan Kompas.com yang dilaporkan BPS juga menguatkan bahwa e-commerce merupakan kanal utama bagi 66,09% gen Z dan milenial untuk berbelanja. Hal ini membuktikan dominasi platform digital dalam pola konsumsi mereka. Untuk mempertahankan dan meningkatkan angka-angka fantastis ini, strategi untuk menarik konsumen sangatlah penting. 

Berdasarkan survei GWI (kuartal II–2024),  faktor terbesar yang mendorong konsumen Indonesia menyelesaikan pembelian online adalah gratis ongkos kirim (52,9%), diikuti oleh ulasan pelanggan (51,0%), dan kupon serta diskon (50,0%). Ini menunjukkan bahwa kebijakan seperti subsidi ongkos kirim dan program diskon adalah instrumen yang sangat efektif. 

Kestabilan ekonomi Indonesia, salah satunya, bergantung pada bagaimana negara mengelola sumber penggerak ekonomi. Untuk itu, pemerintah perlu membangun ekosistem e-commerce yang kondusif, didukung oleh kebijakan pro-konsumen dan program literasi digital.

Tentu pemerintah perlu berkolaborasi dengan pihak swasta dan masyarakat. E-commerce bukanlah sekadar tren, melainkan sebuah solusi strategis untuk memastikan roda perekonomian terus berputar, didorong oleh daya beli milenial dan gen Z yang dinamis.