Ekonomi Indonesia Saat ini Lebih Tahan Terhadap Krisis

Terlepas dari gejolak sosial dan beberapa indikator ekonomi yang berfluktuasi, fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih kuat. Meski demikian, pemerintah perlu berhati-hati dan menyikapi dengan bijak segala dinamika sosial-politik yang terjadi.

Ekonomi Indonesia Saat ini Lebih Tahan Terhadap Krisis

Terlepas dari gejolak sosial dan beberapa indikator ekonomi yang berfluktuasi, fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih kuat. Meski demikian, pemerintah perlu berhati-hati dan menyikapi dengan bijak segala dinamika sosial-politik yang terjadi.

Kekhawatiran akan terjadinya krisis ekonomi kembali meruak mengikuti gelombang demonstrasi yang terjadi beberapa hari dari rentang tanggal 25 Agustus–31 Agustus 2025 di berbagai wilayah. Kondisi itu langsung berdampak terhadap perekonomian yang tergambar pada melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya indeks harga saham gabungan (IHSG).

Namun, banyak pihak berpendapat bahwa kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih matang dan siap menghadapi guncangan dibandingkan dengan kondisi menjelang krisis multidimensi tahun 1998.

Sejak tahun 2020, ekonomi global dan nasional dihadapkan pada tantangan berat. Pandemi Covid-19 sempat membuat pertumbuhan ekonomi anjlok, namun kemudian berhasil pulih. Kenaikan inflasi global yang dipicu oleh konflik geopolitik dan gangguan rantai pasok turut menaikkan harga bahan pokok di dalam negeri.

Bagi masyarakat berpenghasilan rendah, kenaikan harga ini sangat terasa dan memicu ketidakpuasan. Isu ketenagakerjaan juga menjadi sorotan. Meskipun tingkat pengangguran berangsur turun, masyarakat justru dihadapkan pada fenomena gelombang PHK yang dilaporkan oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencapai 70.000 orang pada tiga bulan pertama tahun 2025.

Kondisi yang terjadi sejak awal tahun ini tidak dapat disamakan dengan krisis ekonomi besar yang terjadi di tahun 1998. Pada tahun 1998, Indonesia mengalami krisis moneter yang dipicu oleh utang swasta dalam mata uang asing yang sangat besar. Beberapa faktor, seperti ketergantungan utang luar negeri, buruknya pengelolaan perbankan, hingga crony capitalism berdampak pada anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Hal tersebut membuat perusahaan-perusahaan tidak mampu membayar utang mereka. 

Situasi saat ini berbeda, di mana utang luar negeri terkendali dan fundamental ekonomi nasional dianggap jauh lebih kokoh. Meski terjadi penurunan di beberapa indikator, seperti nilai tukar dan IHSG, indikator pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa, neraca perdagangan luar negeri, utang Indonesia, hingga inflasi masih terjaga pada batasan yang relatif aman.

Meski terjadi penurunan di beberapa indikator, seperti nilai tukar dan IHSG, indikator pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa, neraca perdagangan luar negeri, utang Indonesia, hingga inflasi masih terjaga pada batasan yang relatif aman.

Meskipun cadangan devisa Indonesia pada Juli 2025 sedikit turun menjadi 152 miliar dolar AS, posisinya tetap kuat dan mampu membiayai impor selama 6,3 bulan ke depan, jauh di atas standar internasional. Dari segi utang, persentase utang luar negeri terhadap PDB pada Q2 2025 sebesar 30,5%. Persentase tersebut turun dibandingkan dengan tahun 2024 yang sebesar 38% dari PDB.

Di tengah kondisi ketidakstabilan global, indikator inflasi dan neraca perdagangan Indonesia juga terjaga. Pada paruh pertama tahun 2025, inflasi stabil di angka 2%. Neraca perdagangan luar negeri secara keseluruhan juga menunjukkan nilai surplus hingga 19,48 miliar dolar AS selama periode Januari–Juli 2025, naik 3,9 miliar dolar AS dari periode yang sama tahun 2024. 

Meskipun gejolak sosial dan beberapa indikator ekonomi berfluktuasi, fundamental ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat dan solid ketimbang tahun 1998. Sehingga, kekhawatiran krisis besar akan terjadi bisa diredam.

Namun, pemerintah punya tugas berat menjaga stabilitas pasokan dan harga kebutuhan pokok masyarakat. Hal ini penting untuk meredam dampak langsung pada sektor mikro dan menjaga kepercayaan publik di tengah ketidakpastian.