Pacu Penjualan yang Lesu, Industri Mobil Butuh Insentif Pajak

Penjualan mobil masih juga lesu. Diterpa daya beli masyarakat yang melemah, baik pelaku industri otomotif maupun ekonom membutuhkan suntikan insentif pajak agar bisa menggairahkan penjualan.

Pacu Penjualan yang Lesu, Industri Mobil Butuh Insentif Pajak
Photo by DroneflyerNick
Table of Contents

Penjualan mobil masih juga lesu. Diterpa daya beli masyarakat yang melemah, baik pelaku industri otomotif maupun ekonom sepakat industri ini membutuhkan suntikan insentif pajak agar bisa menggairahkan penjualan.

Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), penjualan mobil secara grosir pada Juni 2025 sebanyak 57.760 unit, turun 22,6 persen jika dibandingkan dengan 74.615 unit yang terjual pada Juni 2024. Adapun penjualan mobil dari Januari-Juni 2025 mencapai 374.740 unit alias turun 8,6 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 410.020 unit.

Tidak hanya penjualan grosir, penjualan ritel juga mengalami kemerosotan. Pada Juni 2025, total unit mobil yang terjual ke konsumen hanya 61.647 unit. Angka ini turun 12,3 persen dari 70.290 unit yang tercatat pada Juni 2024. Penurunan penjualan ritel secara langsung mencerminkan melemahnya daya beli atau minat konsumen di pasar domestik.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, penurunan penjualan tersebut dipicu oleh pelemahan daya beli. Ia menjelaskan, ada 10 juta hingga 11 juta kelas menengah potensial pembeli kendaraan bermotor.

"Pertumbuhan pendapatan mereka hanya naik 3 persen rata-rata dalam satu tahun. Sementara harga jual kendaraan bermotor naik 7,5 persen setiap tahun, hingga ada gap di sana,” ungkap Kukuh Kumara dalam siaran TV nasional.

Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menjelaskan, penurunan penjualan kendaraan bermotor saat ini tampaknya disebabkan oleh berbagai faktor. Ini mulai dari kondisi ekonomi yang melemah, inflasi tinggi, suku bunga mahal, serta ketidakpastian geopolitik global.

"Ini yang semakin menekan daya beli masyarakat yang semakin berat setelah Lebaran dan rangkaian beberapa libur panjang beberapa bulan lalu," ujar Yannes dihubungi Senin (14/7/2025).

Di tengah perlambatan penjualan mobil, salah grup otomotif Astra masih mengukuhkan diri sebagai penguasa pangsa pasar dengan 54 persen dari total penjualan. Sepanjang semester pertama 225, penjualan mobil Astra Group mencapai 201.633 unit.

Chief of Corporate Affairs Astra, Boy Kelana Soebroto, menyatakan bahwa pencapaian ini diraih di tengah tantangan ekonomi yang memengaruhi dinamika pasar dan daya beli konsumen. Meskipun demikian, Astra optimistis akan terjadi pemulihan penjualan otomotif nasional pada semester kedua 2025.

Insentif pajak

Mengingat penjualan mobil tengah lesu, Kukuh dari Gaikindo mengatakan, peran dan kehadiran pemerintah sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor. Pemerintah diharapkan melakukan restrukturasi pajak dalam menyelamatkan industri kendaraan bermotor dalam kurun waktu yang panjang.  

“Kalau kita belajar yang sudah sudah, itu ada PPnBM Ditanggung Pemerintah (DTP) pada waktu Covid19 mampu mengungkit dalam waktu cepat penjualan dan produksi kendaraan bermotor. Namun, kita berfikir lebih dalam, ya,  merestrukturusasi pajak-pajak kendaraan bermotor,” ujar Kukuh.

Hal senda diungkapkan oleh peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM UI) Riyanto seperti yang dikutip pada laman Antaranews, apabila pemerintah memberlakukan insentif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) dengan skema potongan 10 persen, dampaknya terhadap perekonomian nasional akan cukup signifikan.

Apabila pemerintah memberlakukan insentif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) dengan skema potongan 10%, dampaknya terhadap perekonomian nasional akan cukup signifikan.

Industri otomotif domestik diperkirakan dapat meningkatkan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 0,72 persen. Peningkatan kontribusi ini menunjukkan bahwa keringanan pajak akan mendorong penjualan dan produksi kendaraan, yang pada gilirannya akan menggerakkan roda ekonomi secara lebih luas.

Selain dorongan pada PDB, skema 10 persen ini juga diproyeksikan akan menciptakan tambahan 15.790 lapangan kerja secara menyeluruh. Angka ini mencakup penyerapan tenaga kerja langsung di pabrik otomotif maupun di sektor-sektor terkait seperti rantai pasok, distribusi, dan layanan purna jual.

Yannes dari ITB menambahkan, untuk mendorong pertumbuhan penjualan mobil secara efektif, pemerintah perlu menciptakan kepastian kebijakan fiskal jangka menengah yang tidak hanya berfokus pada kendaraan listrik saja tapi juga yang berbahan bakar bensin.

Kebijakan tersebut bisa diwujudkan melalui evaluasi ulang struktur pajak, khususnya PPnBM, untuk mendorong merek otomotif agar segera melakukan reinvestasi teknologi menuju elektrifikasi, misalnya dengan mengembangkan mulai Low Cost Green Car (LCGC) hybrid, sambil tetap memperhatikan daya beli masyarakat yang sedang tertekan.

Di sisi industri otomotif, strategi penting yang perlu ditempuh adalah inovasi produk dan reinvestasi teknologi kendaraan dan sistem produksi yang lebih baru sesuai dengan kemampuan riil serta tren pasar, membangun kepercayaan melalui layanan purna jual yang berkualitas, serta menawarkan skema pembiayaan yang lebih ringan.

Untuk itu, kolaborasi erat antara pemerintah dan seluruh stakeholder diperlukan guna menghasilkan regulasi adaptif yang menjaga kelangsungan industri sekaligus mengantisipasi tren global menuju elektrifikasi tanpa menyebabkan perampingan atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Pameran mobil

Namun, di tengah lesunya pasar otomotif nasional yang ditandai dengan penurunan angka penjualan, Gaikindo menaruh harapan besar pada pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025.

Pameran kendaraan motor terbesar ini akan diadakan pada tanggal 24 Juli hingga 3 Agustus 2025. Bertempat di ICE BSD City, Tangerang Selatan, ajang tahunan ini diharapkan mampu mendongkrak kembali minat beli masyarakat dan memicu pertumbuhan penjualan mobil yang saat ini masih melambat.

“Kita harapkan GIIAS sebagai pameran kendaraan bermotor terbesar,  mampu mendongkrak penjualan mobil dengan model model yang akan dilucurkan. Nah harapannya masyarakat bisa melihat,” lanjut Kukuh.

Hal senada juga dikemukakan oleh Yannes dari ITB. Pameran otomotif besar seperti GIIAS secara historis dan faktual terbukti sangat efektif dapat mendorong penjualan mobil secara signifikan, baik selama acara berlangsung maupun dalam beberapa bulan setelahnya.

Menurut Yannes, GIIAS adalah panggung utama peluncuran model baru serta arena konsentrasi program promosi dan penjualan semua APM yang sangat agresif yg menciptakan publisitas dan antusiasme masif, menarik calon konsumen yang sebelumnya dalam mode wait and see untuk akhirnya mengambil keputusan melalui strategi one-stop shopping super lengkap bagi konsumen.